Dikala Ku “SeNdiRi”

August 28, 2007

MemaHami BaHasa CiNTa

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:59 am

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
Ketika kita menangis?
Ketika kita membayangkan?
Itu karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT
Ketika kita menemukan seseorang yangkeunikannya SEJALAN dengan kita
kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang
dinamakan CINTA
CINTA yang AGUNG…
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak mampedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata “Aku turut berbahagia untukmu”

Apabila cinta tidak berhasil BEBASKAN dirimu
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI
Ingatlah bahwa kamu mungkin menemukan CINTA dan kehilangannya
Tapi ketika cinta itu mati kamu TIDAK perlu mati bersamanya
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kita belajar tentang diri kita sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada
penyesalan HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita buat sendiri
MENCINTAI …

BUKANLAH bagaimana kamu melupakan melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN
BUKANLAH bagaimana kamu mendengarkan melainkan bagaimana kamu MENGERTI
BUKANLAH apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu RASAKAN
BUKANLAH bagaimana kamu melepaskan melainkan bagaimana kamu
BERTAHANLebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati dibandingkan menangis tersedu-sedu
Air mata yang keluar dapat dihapus
Sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang

Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang
Tapi ketika CINTA itu TULUS,
meskipun kalah, kamu TETAP MENANG
hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang
LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita,
MELAINKAN karena kita menyadari bahwa dia akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya
Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia
Jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai MELAINKAN BERJUANGLAH demi cintamu
Itulah CINTA SEJATI
Kadang kala orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu,
dan kadang kala teman yang menangis bersamamu adalah CINTA YANG TIDAK KAMU SADARI KBERADAANNYA
Cinta selalu tak akan pernah bisa diungkapkan dengan apapun yang sesuai dengan kehendak kita karena bahasa cinta adalah bahasa yang abstrak, bahasa yang hanya akan bisa dimengerti oleh mereka yang peka dan mengenal apa itu cinta

July 17, 2007

Putramu

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:17 am

Putramu

Putramu bukanlah putramu.

Mereka adalah putra-putri kehidupan yang mendambakan
hidup mereka sendiri.

Mereka datang dari kamu tetapi bukan dari kamu.

Dan sungguhpun bersamamu mereka bukan milikmu.

Engkau dapat memberi mereka kasih sayangmu tetapi
tidak pendirianmu sebab mereka memiliki pendirian
sendiri.

Engkau dapat memberkan tempat pijak bagi raganya tapi
tidak bagi jiwanya, lantaran jiwa mereka ada di masa
datang, yang tidak bisa engkau capai sekalipun dalam
mimpi.

Engkau berusaha mengikuti alam mereka, tetapi jangan
berharap mereka dapat mengikuti alammu, sebab hidup
tidak surut ke belakang, tidak pula tertambat di masa
lalu.

(Kahlil Gibran)

June 28, 2007

Pesan Sang Ayah

Filed under: Blogroll — sunyi @ 8:35 am

Pesan Sang Ayah

Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik. Ketika ayahnya meninggal sebelumnya berpesan dua hal: pertama jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu, dan kedua, jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka.
Jawab anak yang bungsu : Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, ibupun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung : Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris ,karena mempunyai jam kerja lebih lama.

Bagaimana dengan anda?

Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda jika kita melihat dengan positif attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita ..pilihan ada di tangan anda.

“Berusaha melakukan hal biasa yang dikerjakan dengan cara yang luar biasa.”

Persiapan Muslimah Menjelang Pernikahan Permasalahan dan Kiat-kiat

Filed under: Blogroll — sunyi @ 8:31 am

Penyusun: oleh Rini Fura Kirana M.Eng
Dikirim oleh: Fuan, dari sebuah seminar yang diikutinya.
Persiapan Muslimah Menjelang Pernikahan Permasalahan dan Kiat-kiat
Menghadapinya…
February 20, 2006

Sebagai seorang muslimah, kita semua tentu mengharapkan pada saatnya
nanti akan bertemu dengan pendamping yang akan menjadi pemimpin
dalam rumah tangga kita. Harapannya adalah, dapat membentuk sebuah
keluarga yang sakinah, mawwadah warrahmah. Berikut ini adalah sebuah
artikel yang bagus untuk disimak yang insya Allah bisa menjadi bekal
bagi para muslimah pada khususnya, juga seluruh muslimin dan
muslimat dimanapun berada pada umumnya, mengenai apa yang harus
dipersiapkan menjelang pernikahan. Silahkan disimak.

1. Pendahuluan. Allah telah menciptakan segala sesuatu secara
berpasang-pasangan, tetumbuhan, pepohonan, hewan, semua Allah
ciptakan dalam sunnah keseimbangan & keserasian. Begitupun dengan
manusia, pada diri manusia berjenis laki-laki terdapat sifat
kejantanan/ketegara

n dan pada manusia yang berjenis wanita
terkandung sifat kelembutan/kepengasihan. Sudah menjadi sunatullah
bahwa antara kedua sifat tersebut terdapat unsur tarik menarik dan
kebutuhan untuk saling melengkapi.

Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut
menjadi sebuah hubungan yang benar-benar manusiawi maka Islam telah
datang dengan membawa ajaran pernikahan Islam menjadikan lembaga
pernikahan sebagai sarana untuk memadu kasih sayang diantara dua
jenis manusia. Dengan jalan pernikahan itu pula akan lahir keturunan
secara terhormat. Maka adalah suatu hal yang wajar jika pernikahan
dikatakan sebagai suatu peristiwa yang sangat diharapkan oleh mereka
yang ingin menjaga kesucian fitrah.

Dan bahkan Rosulullah SAW dalam sebuah hadits secara tegas
memberikan ultimatum kepada ummatnya: “Barang siapa telah mempunyai
kemampuan menikah kemudian ia tidak menikah maka ia bukan termasuk
umatku” (H.R. Thabrani dan Baihaqi).

2. Persiapan Pra Nikah bagi muslimah . Seorang muslimah sholihah
yang mengetahui urgensi dan ibadah pernikahan tentu saja suatu hari
nanti ingin dapat bersanding dengan seorang laki-laki sholih dalam
ikatan suci pernikahan. Pernikahan menuju rumah tangga samara
(sakinah, mawaddah & rahmah) tidak tercipta begitu saja, melainkan
butuh persiapan-persiapan yang memadai sebelum muslimah melangkah
memasuki gerbang pernikahan.

Nikah adalah salah satu ibadah sunnah yang sangat penting, suatu
mitsaqan ghalizan (perjanjian yang sangat berat). Banyak konsekwensi
yang harus dijalani pasangan suami-isteri dalam berumah tangga.
Terutama bagi seorang muslimah, salah satu ujian dalam kehidupan
diri seorang muslimah adalah bernama pernikahan. Karena salah satu
syarat yang dapat menghantarkan seorang isteri masuk surga adalah
mendapatkan ridho suami. Oleh sebab itu seorang muslimah harus
mengetahui secara mendalam tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan persiapan-persiapan menjelang memasuki lembaga pernikahan.
Hal tersebut antara lain :

A. Persiapan spiritual/moral (Kematangan visi keislaman) Dalam tiap
diri muslimah, selalu terdapat keinginan, bahwa suatu hari nanti
akan dipinang oleh seorang lelaki sholih, yang taat beribadah dan
dapat diharapkan menjadi qowwam/pemimpin dalam mengarungi kehidupan
di dunia, sebagai bekal dalam menuju akhirat. Tetapi, bila kita
ingat firman Allah dalam Alqurâ’an bahwa wanita yang keji, adalah
untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita yang baik. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki
yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang
keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang
baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik….”
(QS An-Nuur: 26).

Bila dalam diri seorang muslimah memiliki keinginan untuk
mendapatkan seorang suami yang sholih, maka harus diupayakan agar
dirinya menjadi sholihah terlebih dahulu. Untuk menjadikan diri
seorang muslimah sholihah, maka bekalilah diri dengan ilmu-ilmu
agama, hiasilah dengan akhlaq islami, tujuan nya bukan hanya semata
untuk mencari jodoh, tetapi lebih kepada untuk beribadah mendapatkan
ridhoNya. Dan media pernikahan adalah sebagai salah satu sarana
untuk beribadah pula.

B. Persiapan konsepsional (memahami konsep tentang lembaga
pernikahan)

Pernikahan sebagai ajang untuk menambah ibadah & pahala :
meningkatkan pahala dari Allah, terutama dalam Shalat Dua rokaat
dari orang yang telah menikah lebih baik daripada delapan puluh dua
rokaatnya orang yang bujang” (HR. Tamam).

Pernikahan sebagai wadah terciptanya generasi robbani, penerus
perjuangan menegakkan dienullah. Adapun dengan lahirnya anak yang
sholih/sholihah maka akan menjadi penyelamat bagi kedua orang
tuanya.

Pernikahan sebagai sarana tarbiyah (pendidikan) dan ladang dakwah.
Dengan menikah, maka akan banyak diperoleh pelajaran-pelajaran & hal-
hal yang baru. Selain itu pernikahan juga menjadi salah satu sarana
dalam berdakwah, baik dakwah ke keluarga, maupun ke masyarakat.

C. Persiapan kepribadian
Penerimaan adanya seorang pemimpin. Seorang muslimah harus faham dan
sadar betul bila menikah nanti akan ada seseorang yang baru kita
kenal, tetapi langsung menempati posisi sebagai seorang
qowwam/pemimpin kita yang senantiasa harus kita hormati & taati.
Disinilah nanti salah satu ujian pernikahan itu. Sebagai muslimah
yang sudah terbiasa mandiri, maka pemahaman konsep kepemimpinan yang
baik sesuai dengan syariat Islam akan menjadi modal dalam
berinteraksi dengan suami.

Belajar untuk mengenal (bukan untuk dikenal). Seorang laki-laki yang
menjadi suami kita, sesungguhnya adalah orang asing bagi kita. Latar
belakang, suku, kebiasaan semuanya sangat jauh berbeda dengan kita
menjadi pemicu timbulnya perbedaan. Dan bila perbedaan tersebut
tidak di atur dengan baik melalui komunikasi, keterbukaan dan
kepercayaan, maka bisa jadi timbul persoalan dalam pernikahan. Untuk
itu harus ada persiapan jiwa yang besar dalam menerima & berusaha
mengenali suami kita.

D. Persiapan Fisik Kesiapan fisik ini ditandai dengan kesehatan yang
memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi
diri sebagai suami ataupun isteri secara optimal. Saat sebelum
menikah, ada baiknya bila memeriksakan kesehatan tubuh, terutama
faktor yang mempengaruhi masalah reproduksi. Apakah organ-organ
reproduksi dapat berfungsi baik, atau adakah penyakit tertentu yang
diderita yang dapat berpengaruh pada kesehatan janin yang kelak
dikandung. Bila ditemukan penyakit atau kelainan tertentu, segeralah
berobat.

E. Persiapan Material Islam tidak menghendaki kita berfikiran
materialistis, yaitu hidup yang hanya berorientasi pada materi. Akan
tetapi bagi seorang suami, yang akan mengemban amanah sebagai kepala
keluarga, maka diutamakan adanya kesiapan calon suami untuk
menafkahi. Dan bagi fihak wanita, adanya kesiapan untuk mengelola
keuangan keluarga. Insyallah bila suami berikhtiar untuk menafkahi
maka Allah akan mencukupkan rizki kepadanya. Allah menjadikan bagi
kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu
dari isteri-isteri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari ni’mat Allah? (QS. 16:72) ” Dan
nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-
orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.
24:32)”.

F. Persiapan Sosial Setelah sepasang manusia menikah berarti status
sosialnya dimasyarakatpun berubah. Mereka bukan lagi gadis dan
lajang tetapi telah berubah menjadi sebuah keluarga. Sehingga mereka
pun harus mulai membiasakan diri untuk terlibat dalam kegiatan di
kedua belah pihak keluarga maupun di masyarakat. “Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu. Dan berbuat
baiklah terhadap kedua orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin,”Q.S. An-Nissa: 36).

Adapun persiapan-persiapan menjelang pernikahan (A hingga F) yang
tersebut di atas itu tidak dapat dengan begitu saja kita raih.
Melainkan perlu waktu dan proses belajar untuk mengkajinya. Untuk
itu maka saat kita kini masih memiliki banyak waktu, belum terikat
oleh kesibukan rumah tangga, maka upayakan untuk menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya guna persiapan menghadapi rumah tangga kelak.

3. Pemahaman kriteria dalam memilih atau menyeleksi calon suami

– Utamakan laki-laki yang memiliki pemahaman agama yang baik

– Bagaimana ibadah wajib laki-laki yang dimaksud

– Sejauh mana konsistensi & semangatnya dalam menjalankan syariat
Islam

– Bagaimana akhlaq & kepribadiannya

– Bagaimana lingkungan keluarga & teman-temannya

Catatan : Seorang laki-laki yang sholih akan membawa kehidupan
seorang wanita menjadi lebih baik, baik di dunia maupun kelak di
akhirat .

Sekufu

– Memudahkan proses dalam beradaptasi

– Tapi ini tidak mutlak sifatnya, karena jodoh adalah rahasia Allah

– Batasan-batasan siapa yang yang terlarang untuk menjadi suami (QS
4:23-24; QS2: 221)

4. Langkah-langkah yang ditempuh dalam kaitannya untuk memilih calon

a. Menentukan kriteria calon pendamping (suami ). Diutamakan lelaki
yang baik agamanya.

b. Mengkondisikan orang tua dan keluarga , Kadang ketidaksiapan
orang tua dan keluarga bila anak gadisnya menikah menjadi suatu
kendala tersendiri bagi seorang muslimah untuk menuju proses
pernikahan. Penyebab ketidak siapan itu kadang justru berasal dari
diri muslimah itu sendiri, misalnya masih menunjukkan sikap kekanak-
kanakan, belum dapat bertanggung jawab dsb. Atau kadang dapat juga
pengaruh dari lingkungan, seperti belum selesai kuliah (sarjana)
tetapi sudah akan menikah. Hal-hal seperti ini harus diantisipasi
jauh-jauh hari sebelumnya, agar pelaksanaan menuju pernikahan
menjadi lancar.

c. Mengkomunikasikan kesiapan untuk menikah dengan pihak-pihak yang
dipercaya Kesiapan seorang muslimah dapat dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang dipercaya, agar dapat turut membantu langkah-
langkah menuju proses selanjutnya.

d. Taâ’aruf (Berkenalan) , Proses taâ’aruf sebaiknya dilakukan
dengan cara Islami. Dalam Islam proses taâ’aruf tidak sama dengan
istilah pacaran. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan
kondisi dua insan berlainan jenis yang khalwat atau berduaan. Yang
mana dapat membuka peluang terjadinya saling pandang atau bahkan
saling sentuh, yang sudah jelas semuanya tidak diatur dalam Islam.
Allah SWT berfirman “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk” QS 17:32).

Rasulullah SAW bersabda : “Jangan sekali-kali seorang laki-laki
bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu
bersama mahramnya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan
Muslim).

Bila kita menginginkan pernikahan kita terbingkai dalam ajaran
Islami, maka semua proses yang menyertainya, seperti mulai dari
mencari pasangan haruslah diupayakan dengan cara yang ihsan &
islami.

e. Bermusyawarah dengan pihak-pihak terkait , Bila setelah proses
taâ’aruf terlewati, dan hendak dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka
selanjutnya dapat melangkah untuk mulai bermusyawarah dengan pihak-
pihak yang terkait.

f. Istikhoroh , Daya nalar manusia dalam menilai sesuatu dapat
salah, untuk itu sebagai seorang msulimah yang senantiasa bersandar
pada ketentuan Allah, sudah sebaiknya bila meminta petunjuk dari
Allah SWT. Bila calon tersebut baik bagi diri muslimah, agama dan
penghidupannya, Allah akan mendekatkan, dan bila sebaliknya maka
akan dijauhkan. Dalam hal ini, apapun kelak yang terjadi, maka sikap
berprasangka baik (husnuzhon) terhadap taqdir Allah harus diutamakan.

g. Khitbah , Jika keputusan telah diambil, dan sebelum menginjak
pelaksanaan nikah, maka harus didahului oleh pelaksanaan khitbah.
Yaitu penawaran atau permintaan dari laki-laki kepada wali dan
keluarga fihak wanita. Dalam Islam, wanita yang sudah dikhitbah oleh
seorang lelaki, maka tidak boleh untuk dikhitbah oleh lelaki yang
lain. Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah
kamu mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah saudaranya, sampai yang
mengkhitbah itu meninggalkannya atau memberinya izin “(HR. Muttafaq
alaihi).
5. Pentingnya mempelajari tata cara nikah sesuai dengan anjuran &
syariat Islam

Sebenarnya tata cara pernikahan dalam Islam sangatlah sederhana
dibandingkan tata cara pernikahan adata atau agama lain. Karena
Islam sangat menginginkan kemudahan bagi pelakunya. Untuk itu
memahami tata cara pernikahan yg islami menjadi salah satu kebutuhan
pokok bagi calon pasangan muslim. Dengan melaksanakan secara Islami,
maka sebisa mungkin untuk menghindarkan diri dari kebiasaan-
kebiasaan tata cara pernikahan yang berbau syirik menyekutukan
Allah). Karena hanya kepada Allah SWT sajalah kita memohon
kelancaran, kemudahan, keselamatan dan kelanggengan pernikahan
nanti. Untuk beberapa hal yang harus kita ketahui tentang tatacara
nikah adalah masalah sbb:

a. Dewasa (baligh) & Sadar

b. Wali , “Tidak ada nikah kecuali dengan wali” (HR.Tirmidzi J.II
Bukhari Muslim dalam Kitabu Nikah),

c. Mahar , “Berikanlah mahar kepada wanita-wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS: 4:4)

– Semakin ringan mahar semakin baik. Seperti sebuah hadis yang
diriwayatkan Abu Dawud dari Uqbah bin Amir : “Sebaik-baiknya mahar
adalah paling ringan (nilainya).”

– Bila tak memiliki materi, boleh berupa jasa. Semisal jasa
mengajarkan beberapa ayat al-Qur’an atau ilmu-ilmu agama lainnya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah berkata kepada seorang pemuda yang
dinikahkannya : “Telah aku nikahkan engkau dengannya (wanita) dengan
mahar apa yang engkau miliki dari Al-Quran” (HR. Bukhari dan Muslim)

d. Adanya dua orang saksi

e. Proses Ijab Qobul , Proses Ijab Qabul adalah proses perpindahan
perwalian dari Ayah/Wali wanita kepada suaminya. Dan untuk
kedepannya makan yang bertanggung jawab terhadap diri wanita itu
adalah suaminya. Syarat-syarat diatas adalah ketentuan yang harus
dipenuhi dalam syarat sahnya prosesi suatu pernikahan. Selain itu
dianjurkan untuk mengadakan walimatul `ursy, dimana pasangan
mempelai sebaiknya diperkenalkan kepada keluarga dan lingkungan
sekitar bahwa mereka telah resmi menjadi pasangan suami isteri,
sebagai antisipasi terjadinya fitnah.

6. Permasalahan seputar masalah persiapan nikah
a. Sudah siap, tetapi jodoh tidak kunjung datang Rahasia jodoh
adalah hanya milik Allah, tidak ada satu orangpun yang dapat
meramalkan bila jodohnya datang. Sikap husnuzhon amat diutamakan
dalam fase menunggu ini. Sembari terus berikhtiar dengan cara
meminta bantuan orang-orang yang terpercaya dan berdo’a memohon
pertolongan Allah. Juga upayakan senantiasa memperbaiki dan
meningkatkan kualitas diri. Hindari diri dari berangan-angan, isilah
waktu oleh kegiatan-kegiatan positif .

b. Belum siap, tetapi sudah datang tawaran Introspeksi diri, apakah
yang membuat diri belum siap ?. Cari penyebab ketidak siapan itu,
tingkatkan kepercayaan diri dan fikirkan solusinya. Sangat baik bila
mengkomunikasikan masalah ini dengan orang-orang yang dipercaya,
sehingga diharapkan dapat membantu proses penyiapan diri. Sembari
terus banyak mengkaji urgensi tentang pernikahan berikut hikmah-
hikmah yang ada di dalamnya.

7. Penutup
Agama Islam sudah sedemikian dimudahkan oleh Allah SWT, tetap masih
saja ada orang yang merasakan berat dalam melaksanakannya karena
ketidak tahuan mereka. Allah Taâ’ala telah berfirman: “Allah
menghendaki kemmudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan
bagimu” (Q.S. Al-Baqarah : 185)

Kita lihat, betapa Islam menghendaki kemudahan dalam proses
pernikahan. Proses pemilihan jodoh, dalam peminangan, dalam urusan
mahar dan juga dalam melaksanakan akad nikah. Demikianlah beberapa
pandangan tentang persiapan pernikahan dan berbagai problematikanya,
juga beberapa kiat untuk mengantisipasinya. Insyallah, jika ummat
Islam mengikuti jalan yang telah digariskan Allah SWT kepadanya,
niscaya mereka akan hidup dibawah naungan Islam yang mulia ini
dengan penuh ketenangan dan kedamaian .
Wallahuâ’alamu bi showab.

June 19, 2007

Kisah Karpet

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:37 am

Sebuah kisah nyata…

 

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki.
Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik.


Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:

“Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan” Ibu itu kemudian menutup matanya.

“Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; “Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.

Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi”.

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak.


Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

“Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu”.


Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

“Sekarang bukalah mata ibu” Ibu itu membuka matanya
“Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?”

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.


“Aku tahu maksud anda” ujar sang ibu, “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif”.

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan
7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
10. Untuk dst…

Analogi yang Sederhana tapi Mengagumkan

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:35 am

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang, ” Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
” Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
” Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu  tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar??
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”


Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar(mlungker-mlungker-istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,
“Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.
“Itulah point utama-nya!.

Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Si tukang cukur terbengong !!!

KEAJAIBAN HIDUP

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:22 am


Pada suatu hari sepasang suami istri sedang makan bersama di rumahnya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis.

Melihat keadaan si pengemis itu, si istri merasa terharu dan dia bermaksud hendak memberikan sesuatu.

Tetapi sebelumnya, sebagai seorang wanita yang sholihat dan patuh pada kepada suaminya, dia meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya,

“Wahai suamiku, bolehkah aku memberi makanan kepada pengemis itu?”

Rupanya suaminya memiliki karakter yang berbeda dengan wanita itu. Dengan suara lantang dan kasar menjawab,

“Tidak usah! Usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!”

 

Si wanita terpaksa tidak memberikan apa-apa kepada pengemis tadi sehingga dia berlalu dan kecewa.  

 

Pada suatu hari yang naas perdagangan lelaki ini jatuh bangkrut. Kekayaannya habis dan ia menderita banyak hutang.  Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan istrinya, rumah tangganya menjadi berantakan sehingga terjadilah perceraian.

 

Tak lama sesudah habis masa iddahnya bekas istri lelaki yang pailit itu menikah lagi dengan seorang pedagang di kota dan hidup berbahagia.

 

Pada suatu hari ketika wanita itu sedang makan dengan suaminya (yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk orang.  Setelah pintunya dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hati wanita itu.

 

Maka wanita itu berkata kepada suaminya,

“Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?”

Suaminya menjawab, “Berikan makan pengemis itu!”.

 

Setelah memberi makanan kepada pengemis itu istrinya masuk ke dalam rumah sambil menangis.

 

Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya,

“Mengapa engkau menangis? Apakah engkau menangis karena aku menyuruhmu memberikan daging ayam kepada pengemis itu?”.

 

Wanita itu menggeleng halus, lalu berkata dengan nada sedih,

“Wahai suamiku, aku sedih dengan perjalanan taqdir yang sungguh menakjubkan hatiku. Tahukah engkau siapa pengemis yang ada di luar itu? Dia adalah suamiku yang pertama dulu”.

 

Mendengar keterangan istrinya demikian, sang suami sedikit terkejut, tapi segera ia balik bertanya,

“Dan engkau, tahukah engkau siapa aku yang kini menjadi suamimu ini? Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!”.

The Story of Fence and Nail

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:14 am

Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk.

Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku,dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang dipagar.

Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar.

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata :

“Anakku, kamu sudah berlaku baik,tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada dipagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula.Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.”

“Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka.”

“Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya sama perihnya seperti luka fisik.”
“Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka.”
“Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat.”
 “Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu.”


“Tunjukkanlah kepada teman- temanmu betapa kau menyukai mereka.”
Kirim
surat ini kepada mereka yang kau anggap teman, walaupun berarti kau mengembalikannya kepada yang mengirimkannya kepadamu.

Bila pesan ini kembali padamu, itu berarti bahwa kau mempunyai lingkaran orang-orang yang mengasihimu

Kau Tak Akan Tahu!

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:02 am


Alkisah di suatu negeri burung, tinggallah bermacam-macam keluarga burung. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang bersuara lembut hingga yang bersuara menggelegar. Mereka tinggal di suatu pulau nun jauh di balik bukit pegunungan.

 

Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di sana. Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok burung. Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai, burung Kondor, burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang bertugas melindungi dan menjaga keselamatan penghung negeri burung.

 

Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur. Kicau mereka selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan gesekan daun. Burung-burung berbulu warna warni, pemberi keindahan.

 

Mereka bertugas bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni bulunya terlihat semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan. Dan rasa gembira bisa menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang.

 

Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya. Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya, di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 3 anak elang yang nampak kuat berdiri.  Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah.

 

Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anak-anak elang. Kejam…? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan.

 

Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna.

 

Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon.

 

Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya:

”Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?”

 

Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan berkata: ”Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat”. Usai sang elang jantan berkata,  induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkan kuat-kuat.

 

Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang. Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang jantan.

 

Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.

 

Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi sarang, ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi sarang sehingga ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati sang anak seraya berkata: ”Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat!”

 

Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang.

 

Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan. Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak kembali ke sarang.

 

Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang dalam jarak pendek. Hal pertama yang diajarkan induk dan elang dan elang jantan adalah berusaha agar tidak mendarat keras di dataran.

 

Lama berselang setelah melihat e dua saudaranya berlatih, si elang yang pernah jatuh bertanya pada ibunya:

”Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?”

”Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!” jawab si induk elang dengan penuh kasih.

”Tapi aku takut!’ ujar si anak

”Kami tahu, karenanya kami ta memaksa.” Jawab si induk elang lagi.

”Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai?” tanya si anak

”Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!”

”Bagaimana caranya?”

”Percayalah pada kami!” Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di tepi sarang.

 

Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak elang bertanya lagi.

”Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?”

Dengan tenang si elang jantan berkata: ”Anakku kalau kau tak pernah merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!”

 

Lalu si induk elang menambahkan: ”Mulailah dari sekarang, karena langkah kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari langkah awal, anakku!”

 

Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya sendiri. Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan.

 

Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung, maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun untuk  melangkah. Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang kecil.

 

Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada digenggamanmu!

June 14, 2007

Uang

Filed under: Blogroll — sunyi @ 7:17 am

Deni sedang kesulitan keuangan, begitu kata teman-temannya. Kok tahu? Karena setia kali kekurangan uang, Deni selalu sibuk meminjam uang sana sini. Beberapa temannya ada yang menolak karena setiap bulan dia  meminjam uang.

Memang, setelah gajian pasti dibayar, tapi beberapa hari kemudian  pinjam lagi. Lama-kelamaan teman-temannya merasa keberatan. Kalau  sudah demikian, maka Deni sibuk mencari-cari siapa yang dapat  meminjamkan uangnya.

Akhirnya Deni mendapatkan juga uang yang dibutuhkannya dari pinjaman  seorang office boy. Sebenarnya Deni malu. Uangnya sudah habis padahal  baru tanggal 16. Dia sudah tidak punya uang lagi untuk naik kereta ke  kantor dan untuk biaya makan.

Ketika dia sedang berkeluh kesah dan bingung, tiba-tiba office boy menawarkan uangnya. Dia tidak sampai hati melihat Deni kesulitan.  Deni tadinya menolak karena malu. Masak staf meminjam uang dari  office boy? Tapi orang tersebut benar-benar rela ingin membantunya,  sehingga akhirnya Deni menerima bantuannya.

Dalam hati kecilnya Deni merasa sangat malu. Malu sekali!. Tapi Deni  terpaksa menerimanya, dia benar-benar tidak punya uang. Keesokan  harinya dia ingin mencari office boy tersebut dan mengajaknya  berbincang-bincang. Deni penasaran. Mengapa office boy tersebut bisa  punya uang lebih dan bahkan bisa meminjamkan uangnya kepada Deni?

Bukankah gaji Deni lebih besar? Mereka sama-sama masih bujangan,  belum menikah. Tapi, mengapa office boy tersebut bisa menyimpan uang  sedangkan Deni selalu kehabisan uang? Kok bisa? Apa kuncinya?

Siangnya Deni baru mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dan  bertukar pikiran. Office boy itu memang sangat istimewa. Dia paling  rajin bekerja. Paling tuntas mengerjakan semua tugasnya. Tidak pernah  terlambat masuk kerja. Padahal kalau dilihat penampilannya sepertinya  biasa saja. Orangnya sederhana, agak kurus dan sopan, tapi tidak  terkesan menjilat.

Sambil makan siang bersama di warung sebelah, Deni mulai menggali  kunci sukses menyimpan uang yang dilakukan office boy  tersebut. “Bagaimana caranya sih, kok bisa mempunyai uang lebih? Gaji  saya selalu habis setelah tengah bulan.” Deni membuka percakapan.

Office boy tersebut mulai bercerita. “Saya dulu juga begitu, mas.  Gaji saya selalu habis sebelum akhir bulan. Akhirnya saya terpaksa  meminjam dari teman. Tapi setelah meminjam, rasanya gaji saya semakin  tidak cukup. Karena setiap kali gajian, saya harus mengembalikan uang  yang saya pinjam di bulan sebelumnya. Jadi uang gaji saya berkurang.  Akibatnya saya semakin kekurangan mas. Gaji utuh saja tidak cukup,  apalagi setelah dipotong untuk membayar utang. Ya, semakin berkurang  lah mas. Semakin lama, utang saya semakin banyak”

Benar juga, pikir Deni. Pikiran yang sederhana tapi mengandung  kebenaran karena seperti itulah yang dialaminya. “Jadi bagaimana  caranya melepaskan diri dari lilitan utang?” tanya Deni.

“Waktu itu saya diajari oleh nenek saya. Saya pernah pulang kampung  tanpa membawa uang banyak. Waktu itu nenek saya bertanya kemana gaji  saya. Saya bilang sudah habis. Langsung saya dipanggil dan diberi  wejangan oleh beliau.” katanya.

Nenek saya berkata: “Uang itu seperti air. Air selalu mengalir ke  tempat yang lebih rendah. Kalau tidak dibendung, maka air akan  mengalir terus. Seperti sungai. Harus dibendung. Setelah dibendung,  maka uang akan berhenti mengalir dan akan mulai bertambah banyak.”

Hidup prihatin

Waktu itu saya bertanya: “Bagaimana cara membendungnya?” Nenek saya  menjawab tegas:”Prihatin. Bulan depan jangan utang lagi.”
“Tapi nanti kurang nek.”

“Tidak”, kata nenek. “Begini caranya. Begitu terima gaji, segera  lunasi utangmu. Sisanya harus dicukupkan untuk sebulan. Jangan utang.  Kamu jangan makan di luar atau jajan. Kalau perlu makan nasi putih  dan garam, kecap atau kerupuk saja. Pasti cukup.” Lalu saya diajak  menghitung berapa uang yang harus saya sisihkan untuk ongkos, berapa
untuk beli beras, garam, kecap dan kerupuk, dan lain-lain.

Nenek benar-benar meminta saya hidup secara prihatin. Saya tidak  boleh naik ojek lagi. Dari rumah saya harus berjalan kaki ke jalan  raya tempat saya naik angkutan umum. Pulangnya juga tidak naik ojek  karena ojek cukup mahal. Uang saya memang pas-pasan untuk hidup  ngirit seperti itu. Tapi memang cukup sih.”

“Bulan depannya, saya disarankan untuk melanjutkan hidup seperti itu.  Bulan depannya, uang gaji saya sudah mulai ada yang bisa saya  sisihkan untuk ditabung.

Bulan ketiga saya mulai makan lebih banyak demi menjaga kondisi tubuh  saya, bukan lagi dengan garam dan kecap. Tapi dua bulan hidup  sederhana telah membuat saya tidak ingin beli apa-apa lagi. Makanan  saya cukup sederhana saja. Saya tidak lagi suka jajan. Saya tidak  pernah naik ojek lagi. Dari situlah saya mulai bisa menabung mas.
Sampai sekarang.”

Deni bertanya:”Boleh tahu berapa tabungan kamu? Tapi kalau kamu  keberatan menjawab, tidak apa-apa. Tak usah dijawab.”

“Tidak apa-apa mas. Tabungan saya hampir enam juta rupiah. Saya ingin  menabung untuk biaya pernikahan saya tahun depan Mas.”

Deni hanya bisa terharu. Yang penting niat. Kalau mau ngirit, pasti  bisa. Mengapa uangnya habis terus? Karena pengeluaran Deni cukup  besar. Padahal sebenarnya bisa dikurangi. Tapi Deni cenderung  memanjakan dirinya. Dia selalu memilih naik ojek. Makan siang selalu  di luar, tidak pernah mau membawa nasi atau makanan dari rumah.
Pengeluarannya jauh melebihi gaji yang diperolehnya.

Rasa haru campur malu membuat Deni bertekad mengubah cara hidupnya.  Dia juga ingin membendung uang yang dimilikinya. Dia takkan  membiarkan uangnya mengalir terus. Harus segera dibendung.

Mulai  kapan?

Hari ini!

Change!

Start today!

Start now!

Older Posts »

Blog at WordPress.com.