Dikala Ku “SeNdiRi”

August 28, 2007

MemaHami BaHasa CiNTa

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:59 am

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
Ketika kita menangis?
Ketika kita membayangkan?
Itu karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT
Ketika kita menemukan seseorang yangkeunikannya SEJALAN dengan kita
kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang
dinamakan CINTA
CINTA yang AGUNG…
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak mampedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata “Aku turut berbahagia untukmu”

Apabila cinta tidak berhasil BEBASKAN dirimu
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI
Ingatlah bahwa kamu mungkin menemukan CINTA dan kehilangannya
Tapi ketika cinta itu mati kamu TIDAK perlu mati bersamanya
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kita belajar tentang diri kita sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada
penyesalan HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita buat sendiri
MENCINTAI …

BUKANLAH bagaimana kamu melupakan melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN
BUKANLAH bagaimana kamu mendengarkan melainkan bagaimana kamu MENGERTI
BUKANLAH apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu RASAKAN
BUKANLAH bagaimana kamu melepaskan melainkan bagaimana kamu
BERTAHANLebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati dibandingkan menangis tersedu-sedu
Air mata yang keluar dapat dihapus
Sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang

Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang
Tapi ketika CINTA itu TULUS,
meskipun kalah, kamu TETAP MENANG
hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang
LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita,
MELAINKAN karena kita menyadari bahwa dia akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya
Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia
Jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai MELAINKAN BERJUANGLAH demi cintamu
Itulah CINTA SEJATI
Kadang kala orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu,
dan kadang kala teman yang menangis bersamamu adalah CINTA YANG TIDAK KAMU SADARI KBERADAANNYA
Cinta selalu tak akan pernah bisa diungkapkan dengan apapun yang sesuai dengan kehendak kita karena bahasa cinta adalah bahasa yang abstrak, bahasa yang hanya akan bisa dimengerti oleh mereka yang peka dan mengenal apa itu cinta

August 10, 2007

SuAmi PiLiHaN

Filed under: Artikel — sunyi @ 8:46 am

Belum terlalu lama saya mengenalnya, baru sekitar 3 bulan lalu semenjak saya memutuskan untuk berlangganan ojeg dengannya. Tarif ojegnya lebih murah dibanding dengan yang ditawarkan tukang ojeg lainnya. Jika yang lain meminta Rp 7000, dia hanya meminta Rp 5000 untuk pengganti jasa mengantarkanku dari stasiun Tanah Abang menuju kantorku di Slipi.

Pak Asmadi namanya, usianya sudah kepala empat, ia mengaku sudah delapan belas tahun menjalani profesinya sebagai tukang ojeg. Pertemuan yang hampir tiap hari dengannya, membuat saya tahu tentang sedikit kisah hiudpnya, kadangkala saya dibuat kagum ketika darinya saya peroleh kata-kata bijak, nasehat, layaknya seorang bapak yang sedang menasehati anaknya.

Siapa menyangka kalau tukang ojeg yang hanya lulusan SLTA itu mempunyai seorang isteri yang berpangkat eselon 3 di salah satu kantor pemerintahan di Jakarta. Isterinya adalah lulusan pasca sarjana dari salah satu universita negeri di Jakarta. Ketiga anak yang dimilikinya semua juga berpendidikan sarjana, hanya Pak Asmadi sendiri yang hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA. Dari hasil menarik ojeg itulah Pak Asmadi membiayai anak-anaknya kuliah. Kadangkala Pak Asmadi juga mencari tambahan penghasilan lain misalnya dengan berdagang kambing ketika mendekati hari raya Idul Adha.

Awalnya, saya berpikir hal ini sebagai sebuah kemustahilan, di benak ini selalu saja timbul pertanyaan ”Bagaimana mungkin Pak Asmadi seorang tukang Ojeg itu bisa memiliki seorang Isteri yang berpendidikan dan berjabatan tinggi di kantor pemerintahan?”

.
Ada rasa tak percaya sampai di kemudian hari Pak Asmadi memperlihatkan pada saya foto Isterinya sedang dilantik oleh salah satu menteri. ”Ini mbak, foto isteri saya waktu dilantik oleh Pak Mentri, dan yang satunya itu foto saya sewaktu mendampinginya…” Tunjuk Pak Asmadi. Terlihat foto seorang wanita yang sedang bersalaman dengan seorang menteri, dan sebuah foto lagi menampilkan foto bersama seluruh jajaran pejabat dengan para
pasangannya, kulihat Pak Asmadi memang ada di situ dengan baju batik coklatnya. Dari wajahnya memancar senyum bahagia begitu pula dengan isterinya.

****
Saya sering melihat rubrik kontak jodoh di salah satu media cetak di Ibukota. Bukan, Bukan karena saya berniat ingin mencari jodoh lagi, tapi hanya sekadar iseng yang benar-benar iseng. Siapa tahu ada teman yang mengiklankan diri di situ, kan bisa jadi bahan ledekanku untuknya. Salah satu contoh isi iklan perjodohan yang sering kulihat itu adalah seperti ini misalnya: Seorang wanita, 25 tahun, Sarjana, tinggi badan 160 cm, bb 43 kg, berkulit putih mulus, wajah manis, Islam, pintar mengaji, keibuan dan pandai memasak mendambakan: Seorang laki-laki, perjaka tulen, minimal 26 tahun, lulusan pasca sarjana, berpenghasilan tetap (swasta/PNS), tinggi badan minimal 170 cm dengan berat badan seimbang, Islam taat, Pandai mengaji dan bersifat kebapakan.

Coba kita lihat iklan tersebut, dan perhatikanlah. Niscaya kita akan menemukan sebuah fakta bahwa seorang wanita pada umumnya menginginkan pasangan (calon suami) yang memiliki spesifikasi yang lebih baik dari spesifikasi yang dimilikinya. Baik itu dari segi fisik, tingkat pendidikan atau hal-hal kasat mata lainnya. Menurut saya hal ini sangat wajar.
Karena bagaimanapun juga seorang lelaki akan menjadi pemimpin dalam sebuah rumah tangga, jadi semakin bagus kualitasnya akan semakin baik bagi keluarganya kelak. Begitu kondisi idealnya.
****
Kembali kepada kisah Pak Asmadi dan isterinya, saya menjadi tersadarkan bahwa ternyata tidak semua wanita melihat kualitas calon suami hanya dari kasat mata yang tampak saja. Rasa penasaran saya muncul menggelitiki hati, membuat saya secara diam-diam ingin menyelidiki apa alasan Isteri Pak Asmadi begitu bangga dan mencintai suaminya yang ”hanya” seorang tukang ojeg dan hanya berpendidikan setingkat SLTA. Sementara isterinya adalah wanita karir yang sukses yang memiliki pendidikan dan jabatan yang tinggi.Tidak ada rasa malu padanya akan ”kesenjangan” itu.

Suatu hari dalam perjalanan menuju kantor, Pak Asmadi mengajukan sebuah pertanyaan pada saya ”Mbak, tahu ngga resep saya supaya tidak pernah mengalami kecelakaan di jalan atau supaya tidak pernah kena razia polisi jalan?” Saya pura-pura berpikir lantas menjawab ”hmm… tidak tahu pak, apa resepnya?” ”Berdzikir mbak…” jawabnya. ”Berdzikir itu mengingat kepada Allah, bisa dilakukan di mana saja, kalau kita sehabis melaksanakan sholat baik itu sholat fardhu atau sholat sunnah, usahakan jangan langsung berdiri, dzikirlah terlebih dahulu. Dzikir juga tidak hanya dilakukan setelah sholat, tapi bisa di mana saja, termasuk di jalan raya ketika mengendarai sepeda motor seperti saya ini”

”Bapak rajin ber-dzikir? ” saya bertanya untung memancing.

“Alhamdulilah mbak, setiap selesai sholat saya selalu berdzikir, bahkan dalam perjalanan saya dari rumah sampai ke stasiun saya juga selalu berdzikir, kalau tidak salah ada dalam Al-quran perintah untuk mengingat Allah dalam keadaan duduk maupun beridir, itu artinya dalam keadaan apapun kita harusnya selalu mengingat Allah kan mbak?”

“Iya, betul pak, Berdzikir dengan mengingat Allah membuat hati kita merasa tenang dan tentram, itulah mungkin yang membuat Bapak jadi tidak pernah mengalami kecelakaan saat mengendaria sepeda motor, karena saat itu Bapak berdzikir sehingga pikiran dan hati
Bapak menjadi tenang, berkendaraan pun jadi tenang “ jawabku menyimpulkan.

Ternyata dari Pak Asmadi, terdapat banyak hikmah. Saya bisa memunguti hikmah-hikmah itu untuk diri saya. Sekaligus menyadari bahwa Pak Asmadi ternyata orang yang taat beragama lagi berakhlak mulia, wajarlah jika sang isteri begitu mencintainya.
***
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasullullah pernah bersabda ”Jika datang kepada kalian orang laki-laki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, karena jika tidak maka akan menjadi fitnah di bumi dan juga kerusakan.” Para sahabat bertanya,
”Wahai Rasulullah, meskipun pada diri orang tersebut terdapat kekurangan?” Beliau menjawab, ”Jika ada orang laki-laki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian, maka nikahkanlah dia” Artinya, jika kalian tidak menikahkan orang laki-laki yang taat beragama lagi berakhlak mulia meskipun tidak kaya atau tidak terhormat atau tidak kufu’, sedang kalian lebih menyukai orang laki-laki yang kaya, terhormat, lagi terpandang meskipun tidak taat beragama dan tidak berakhlak mulia, niscaya hal tersebt akan mengakibatkan kerusakan yang parah. Mungkin akan banyak wanita yang hidup tanpa suami dan banyak pula laki-laki yang hidup tanpa isteri. Akhirnya banyak perzinaan dan tersebar pula perbuatan keji.

Rasulullah SAW menyebutkan akhlak bersaaan dengan agama, karen akhlak berperan sangat penting sekali dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah tidak cukup hanya dengan menyebutkan agama saja, Sebab, terkadang ada orang yang taat beragama tetapi akhlaknya tidak cukup baik untuk kehidupan rumah tangga, bahkan berakhlak tercela dan berwawasan sempit serta fanatik sehingga dia akan meletakkan agama di sampingnya dan menggauli isterinya dengan akhlak yang tidak baik. Akhirnya muncul kesan bahwa tingkah laku bururk itu disebabkan oleh agama. Padahal yang demikian itu merupakan keyakinan yang salah, karena Agama memerintahkan untuk mempergauli isteri secara baik.
***
Kini terjawablah sudah rasa kepenasaran saya. Isteri Pak Asmadi ternyata benar-benar telah menjalankan sabda Rasullullah SAW tersebut. Menentukan suami pilihannya adalah seorang yang taat beragama dan berakhlak mulia meskipun tidak kaya, tidak terhormat atau tidak se kufu’ dengannya. Satu pelajaran berharga yang bisa saya ambil darinya.

 

 

 

Oleh Sya2

http://www.eramuslim.com/atk/oim/6c28092035-suami-pilihan.htm?other

July 17, 2007

MENIKAH ??

Filed under: Pernikahan — sunyi @ 4:15 am

Banyak orang yang masih single berpikir bahwa alangkah menyenangkannya hidup pernikahan itu. Ada seseorang untuk berbagi, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat dan sakit, sebagaimana yang dinyatakan dalam janji pernikahan.
Itu benar adanya, saya tidak pernah memungkiri betapa benarnya kenyataan itu! Namun di lain pihak, terdapat harapan dan impian Hollywood, sebagaimana film-film dramanya memberikan gambaran, betapa kehidupan yang diarungi berdua itu indah-indah saja dan pasti endingnya sebagian besar adalah “Happy End”.

Saya tidak mengatakan bahwa kehidupan perkawinan tidak ada unsur yang menyenangkan. Sama sekali tidak!

Namun sejak saya pribadi menjalani kehidupan perkawinan yang masih seumur jagung ini, saya pun mulai menyadari bahwa untuk benar-benar bertahan dalam kehidupan perkawinan, mimpi romantisme saja tidaklah cukup.
Kehidupan sebagai seorang lajang, tidak lepas dari begitu banyak kebebasan. Kalaupun ada yang mengikat tentunya hanya sang pacar dan keluarga kita. Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, keterikatan itu tidak lagi sebatas apel di malam minggu, nonton atawa makan bersama yang mungkin cuma makan waktu sekitar 2-3 jam seminggu 2-3 kali misalnya.
Keterikatan itu menyangkut penyesuaian diri dengan seseorang yang bisa-bisa selama 24 jam bersama-sama dengan kamu dan itu bukan main-main, untuk seumur hidupmu!
Dua pribadi yang dipersatukan, tentunya memiliki banyak perbedaan. Mungkin ketika berpacaran, kamu dengan gampang menemukan begitu banyak persamaan antara kamu dengan pasangan. Dan ketika kamu memasuki mahligai perkawinan, kemudian kamu menjadi bingung, mengapa kamu semakin melihat begitu banyak perbedaan?
Untuk itu penyesuaian dan pengertian yang terus menerus amat dibutuhkan oleh kedua belah pihak dalam rumah tangga.

Dan bukan itu saja, keterikatan itu termasuk perkawinan plus plus di Indonesia. Kenapa saya katakan perkawinan ++ (baca: perkawinan plus plus)?

Karena keterikatan dalam suatu perkawinan juga termasuk dengan keluarga suami/istri dan seluruh kerabatnya. Keluarga besar, begitu istilahnya.
Dan tiba-tiba saja, saudara kita bertambah amat banyak, dikarenakan tali pernikahan yang kita jalani.
Mungkin kamu pernah dengar pernyataan begini, ” Itu lho¡Ä Pak Ade, adik dari ipar saya¡Ä” Atau mungkin, ” Itu keponakan dari mertua saya¡Ä”  Belum lagi terkadang istilah-istilah yang begitu kompleksnya, yang pasti ujung-ujungnya ada hubungan saudara dikarenakan perkawinan ¡Ä

Berhadapan dengan semakin banyak orang, tentunya berhadapan pula dengan semakin banyak karakter. Dan disadari atau tidak, tentunya banyak kepala semakin banyak permasalahan yang dihadapi. Untuk banyak pasangan, pertengkaran tidaklah terjadi antarmereka, namun banyak kali dikarenakan campur tangan dari pihak ketiga, keempat, bahkan kelima yang semakin memperkeruh suasana.
Jadi, pasangan yang menikah dengan kekerabatan plus plus hendaknya pandai-pandai memilah situasi, sehingga mereka tidak gampang terhasut oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, walaupun itu adalah dari pihak keluarga sendiri.

Perkawinan mengajarkan saya untuk hidup lebih realistis. Tidak selamanya pasangan kita berada pada ‘top performance’ sebagaimana yang ditunjukkan selama masa berpacaran atau masa ketika sang wanita tengah ‘dikejar’ oleh sang pria atau sebaliknya sang pria yang ‘dikejar’ wanita. Perkawinan membawa seseorang ke tahap di mana harus menerima kalau pasangannya tengah kelelahan selepas kerja dan mendengar celotehan yang penuh amarah adalah hal terakhir yang diinginkan pada saat itu karena
tubuhnya penat amat membutuhkan istirahat.

Menikah, apabila mendapatkan seseorang yang cocok, memang memberikan satu
ketenangan batin dan ketentraman. Yang paling penting adalah azas yang diterapkan, tetap bersama dalam keadaan apa pun, tetap dijalankan.

Jujur saja, kehidupan lajang yang belum memiliki pacar alias jomblo atau sedang ‘kosong’ sebetulnya juga sangat menyenangkan. Kamu bisa lakukan apa saja yang kamu mau, mau pergi karaoke keluarga bersama teman-temanmu, mau nonton, mau jalan-jalan ke luar negeri, mau pelayanan sana-sini, mungkin tidak jadi masalah. Itu bakal jadi sesuatu yang berbeda ketika ada seorang pacar dan kemudian menjadi pasangan, suami atau istri kita, harus dilakukan penyesuaian di sana-sini dan tentunya saling toleransi antara satu dengan yang lain.

Namun, yang namanya manusia, sering kali tidak pernah puas, dan tidak jarang ada perasaan bosan menghinggapi hati kita apabila rutinitas itu-itu saja yang kita alami. Yang single berkeinginan segera mengakhiri kehidupan melajangnya dan melabuhkan hatinya kepada seseorang yang cocok.

Sementara tidak jarang yang sudah menikah dan punya anak merindukan saat-saat lajang, di mana kebebasan menjadi begitu berarti di mata mereka.
Rumput tetangga sepertinya kelihatan selalu lebih hijau

Bagaimana mencari penyelesaian agar kita bisa mensyukuri kehidupan yang kita jalani pada saat ini, sebetulnya merupakan kunci permasalahan.

Pada akhirnya, saya menilai bahwa kehidupan perkawinan akan jadi sangat menyenangkan bila:
Menikah dengan seorang yang cocok, dari segi intelektual, kepercayaan/agama, strata sosial, dan pemikiran akan masa depan berkeluarga yang bakal diarungi bersama.

Menjalani cinta romantisme- denyut jantung yang berdetak semakin cepat saat bertemu dengan si Dia, muka yang memerah (blushing)- dengan penuh rasa syukur namun tidak terbius olehnya. Sehingga tidak kecanduan akan cinta romantis ini dan bisa menerima keadaan ketika cinta romantis menjadi cinta realistis.

Berusaha mengerti kondisi pasangan, terutama pada saat-saat pasangan tengah menghadapi hal yang kurang menyenangkan ataupun menghadapi masalah besar.
Pengertian adalah dasar yang utama yaitu dengan berusaha menempatkan diri pada posisi pasangan.
Tanggung jawab yang tinggi akan keputusan untuk menikah dan menjalani kehidupan bersama. Dalam kondisi apa pun!
Tetap setia dan menyertakan Tuhan dalam relasi ini.

Adalah sangat beruntung apabila kedua orang yang terikat dalam satu mahligai rumah tangga adalah orang yang sama-sama memiliki hubungan pribadi yang indah dengan sang Pencipta.

Karena banyak kali dalam kehidupan ini, kita mengalami kekecewaan dengan pasangan kita.

Mungkin yang paling sering mengecewakan kita adalah pasangan kita, namun apabila kita punya relasi yang baik dengan Tuhan, yakinlah bahwa kita akan dimampukan memaafkan dan mengasihi pasangan kita.
Namun, bila hanya salah satu pihak yang lebih dekat relasinya dengan Tuhan, sebaiknya mendoakan pasangannya agar bisa merasakan cinta Tuhan secara pribadi dan setia menunggu saatnya Tuhan tiba bagi pasangannya untuk merasakan hal itu.

Jika belum menemukan yang cocok, apa yang harus dilakukan?

Tetaplah mengasihi Tuhan secara sempurna, jangan marah-marah atau ‘complain’. Kalaupun ada ‘complain’ nyatakan kerinduan dan kegelisahan hatimu kepada Tuhan.
Nikmati ke-single-an itu sebagai berkat Tuhan juga, karena kamu tidak pernah tahu apa yang harus kamu hadapi ketika kamu menikah.

Tanggung jawab yang lebih berat, juga masalah yang lebih besar.

Ketika kamu menghadapi itu semua, mungkin kamu tidak kuat, makanya Tuhan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan seseorang yang tepat pula untuk kamu.
Dan yakinlah, apabila Tuhan sudah bertindak, dan memberikan yang terbaik untukmu, Dia tidak pernah lepas tangan!

Dia dengan setia terus membimbing agar kita siap mengalami semua perubahan yang terjadi.

Dengan demikian, sebagai seorang single, kita hidup dalam kepenuhan, dan kita mampu mengucap syukur dengan kehidupan melajang itu.

Dan ketika saatnya kamu harus menikah, kamu pun memiliki rasa syukur yang tinggi atas kehidupan single yang sudah kamu jalani selama ini, dan mampu mengambil tanggung jawab akan kehidupan berumah tangga yang Tuhan percayakan kepada kamu.

Jadi, lajang atau menikah, tidaklah jadi masalah asal kita menjalani kehidupan ini dengan realistis, sekaligus penuh pengharapan di dalam iman kita kepada Tuhan.
Tuhan tahu yang terbaik untuk setiap kita, jangan pernah ragukan itu!
Bersyukur atas apa yang Dia beri, itu adalah yang terbaik yang bisa kita lakukan pada saat ini

Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi

Filed under: Artikel — sunyi @ 3:51 am

Judul Buku : Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi
Penulis : Fadhlan Al Ikhwani

Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi

Sungguh, merupakan hal yang sangat menyakitkan hati. Ketika cinta kitaditolak oleh seeorang yang sangat kita harapkan cintanya. Sebahagaian dari kita mungkin akan langsung berfikir sepertinya Allah tidak adil.

Langit terasa muram dan tidak bercahaya.

Bukankah cinta kita benar2 tulus dan murni.

Untuk menjaga diri dari dosa, menjaga pandangan, menjaga hati bahkan demi menjaga kesucian agama-Nya?

Apa yang salah pada diri kita?

Tidak layakkah kita mendapakan janjinya

“jika kamu menolong agama (Allah), nioscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu” (QS: Muhammad 7)

Begitu mahalkah tiket untuk mendapatkan pertolonganNya, lantas dimanakah janjiNya, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS: Al-Mu’min 60)

Ya sebenarnya factor yang paling utama mengapa keinginanmu belum dikabulkan, padahal usia sudah waktunya, tujuan sudah mulia, bahkan mungkin kemampuan sudah ada. Hanya satu factor penyebabnya.

Yaitu perbedaan persepsi antara kita dan Allah.

Kita seringkali menganggap bahwasanya apa-apa yang sesuai dengan keinginan kita itulah yang terbaik bagi kita, padahal tidak selamanya loh, (baca QS:Al-Baqarah 216)

Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa ada hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang menimpa kita, ada kebaikan dibalik sesuatu yang kita anggap buruk,demikian pula sebaliknya.

Agaknya tidak ada salahnya jika kita sedikit mendengar penuturan Ibnu Al-Jauzy yang mengajarkan “jika anda tidak mampu menangkap hikmah, bukan karena hikmah itu tidak ada, namun semua itu akibat kelemahan daya ingat anda sendiri. Anda kemudian harus tahu bahwa para raja pun memiliki rahasia yang tidak diketahui setiap orang. Bagaimana mungkin anda dengan segala kelemahan anda akan sanggup mengungkap sebuah hikmah?”

Betapa beratpun sebuah ujian yang kita alami, pasti akan ada jalan keluarnya. Allah menyatakan, ” Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya” (QS: Al-An’am 152).

Dalam ayat yang lain Allah berfirman “barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan baginya keperluannya” (QS: At-Thalaq 2-3)

Yakinilah bahwa kegagalan cinta yang kit alami, tertolaknya cinta yang kita ajukan,sudah dirancang sedemikian rupa skenarionya oleh Allah. Sehingga tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Daripada kita larut dalam kesedihan, menagis, menyesali diri, patah hati atau bunuh diri lebih baik kita berbaik sangka saja kepada Allah. Tidak pantas diri ini mengeluh apalagi menyesali sebuah kegagalan. Bersikaplah positif kedepan. Yakinlah bahwasanya kegagalan cinta bukanlah akhir dari segalanya, bukanlah awal dari sebuah kehancuran.

Sejarah mencatat, banyak sekali pribadi-pribadi sukses di dunia ini mengawali kesuksesannya setelah ditimpa berkali-kali gagal dalam usaha mereka, begitu juga tentang urusan cinta. Sebagai manusia kita dibekali potensi yang sedemikian hebatnya oleh Allah. Dan terkadang potensi yang ada pada diri kita justru baru kita ketahui setelah kita menghadapi beberapa kali kegagalan.

Aa Gym pernah mengatakan “jika nasi sudah menjadi bubur, maka kita harus mulai memikirkan ayam, cakwe, sledri, bawang goreng dan sambel hingga bubur kita akan menjadi bubur ayam yang spesial. Karena itu, satu orang yang menolak cinta kita seharusnya tidak menjadikan kita lupa pada puluhan bahkan ratusan orang lain yang menyayangi kita. Namun justru seharusnya menjadi cambuk bagi diri kita untuk menjadi lebih baik.

Ayo Terus Perbaiki Kekurangan Diri

Mungkin kita merasa bahwa kita sudah siap dan mampu, kita merasa bahwa kita baik hati, tidak sombong, berasal dari keluarga baik-baik, punya ilmu agama yang cukup memadai, pribadi oke, wajah pun tidak mengecewakan. Tapi mengapa dia masih tidak bersedia? Kriteria seperti apa lagi yang dia dambakan? Sekali lagi, cinta tidak bisa dipaksakan, mungkin ada beberapa kriteria lain yang belum kita miliki, yaitu
kriteria yang baginya adalah paling prioritas diantara kriteria lainnya dan hal itu merupakan daya tarik tersendiri bagi dirinya.

Kalau sudah begitu, mari kita jadikan momen penolakan tersebut sebagai momen kita untuk mencari tau dan memperbaiki terus kekurangan-kekurangan kita. Sekali ditolak, berarti satu perubahan kearah yang lebih baik, dua kali ditolak, dua perubahan, sehingga pada akhirnya, ketika Allah mengirimkan seseorang yang terbaik menurutNya kepada kita, orang tersebut akan terpana dan berkata “waaa…istri /suamiku ternyata keren sekaliii..”

Ingat, kita harus selalu berusaha memperbaiki kekurangan diri,menjadikan setiap kegagalan sebagai batu loncatan ke arah kesuksesan,, melecutkan kemampuan,membangun potensi yang selama ini terpendam,memacu semangat dalam diri. Seorang pemenang tidak dilahirkan, tetapi harus diciptakan.

Menerima Pendamping Apa Adanya

Filed under: Pernikahan — sunyi @ 3:45 am

Menerima Pendamping Apa Adanya
Oleh: Tidak Diketahui

Menerima pendamping apa adanya dengan tidak berharap terlalu banyak, merupakan bekal untuk mencapai kemesraan dan keharmonisan dalam hidup berumah-tangga. Sebagai umat manusia yang dianugerahi, kita memang perlu menyeimbangkan harapan  Tak salah kita berdoa memohon pasangan yang sempurna, tetapi pada saat yang sama kita juga harus melapangkan dada untuk menerima kekurangan. Kita boleh memancangkan harapan, tapi kita juga perlu bertanya apa yang sudah kita persiapkan agar layak mendampingi pasangan idaman. Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita. Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan semakin sulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan. Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahan kita (marital commitment) akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan.

Apa bedanya harapan dan komitmen?
Apa pula pengaruhnya terhadap keutuhan rumah tangga kita?

Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima pasangan apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan.

Jika kita menikah karena terpesona oleh kecantikannya, kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut begitu istri kita sudah tidak memikat lagi. Betapa cepat dan berlalu dan betapa besar nestapa yang harus ditanggung.

Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kerelaan untuk menerima kekurangan, termasuk mengikhlaskan hati menerima kekurangannya membuat kita lebih mudah mensyukuri perkawinan.

Orang yang melapangkan hati untuk menerima perbedaan, cenderung akan menemukan banyak kesamaan. Perbedaan itu bukan lantas tidak ada, tetapi kesediaan untuk menerima perbedaan membuat kita mudah untuk melihat kesamaan dan kebaikannya.

Sebaliknya, kita akan merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain, tidak terkecuali pendamping hidup kita, bila kita sibuk mempersoalkan perbedaan. Apalagi jika kita sering menyebut-nyebutnya, semakin terasa perbedaan itu dan semakin tidak nyaman membina hubungan dengannya. Semoga Tuhan melindungi kita dari mempersoalkan perbedaan tanpa mengilmui. Semog Tuhan menjauhkan kita dari kesibukan yang menghancurkan. Semoga Tuhan pula kelak mengukuhkan ikatan perasaan di antara kita dengan kasih sayang, ketulusan, dan kerelaan menerima perbedaan.

Sesungguhnya telah berlalu sebelum kita yang sibuk mempersoalkan perbedaan dan memperdebatkan hal-hal yang menjadi rahasia Allah. Nah, jika mempersoalkan perbedaan, menyebut-nyebutnya, dan mengeluhkannya akan membuat hubungan renggang, mengapa tidak melapangkan hati untuk menerimanya?
Sesungguhnya menerima perbedaan akan menumbuhkan kasih sayang dan kemesraan
yang hangat. Ada perasaan mengharukan yang sekaligus membahagiakan jika kita memberikan untuknya apa yang ia sukai. Untuk itu, ada tiga hal yang perlu kita pahami agar ia mempercayai ketulusan kita. Pertama, berikanlah perhatian yang hangat kepadanya. Besarnya perhatian membuat dia merasa kita sayang dan kita cintai. Kedua terimalah ia tanpa syarat. Penerimaan tanpa syarat menunjukkan bahwa kita mencintainya dengan tulus. Tidak mungkin menerima dia apa adanya jika kita tidak memiliki ketulusan cinta dan kebersihan niat. Ketiga, ungkapkanlah dengan kata-kata yang tepat.

Berkaitan dengan ungkapan ini, ada sebuah tips yakni terminologi “aku” dan kamu”. Saat kita mendapatkan bahwa masakan yang dibuat pasangan kita keasinan misalnya, maka gunakanlah kata ganti “aku.” “Aku lebih suka kalau sayurnya lebih
manis, sayang.”

Tapi saat kita mendapatkan suatu kelebihan pada diri pasangan, ia sukses menggoreng telor dadar misalnya (biasanya ia menggoreng berkerak), maka kita gunakan kata ganti “kamu.” “Kamu memang pintar, istriku.”

Kita gunakan kata “aku” untuk sesuatu yang sifatnya negatif dan “kamu” untuk sesuatu yang sifatnya positif untuk semua hal. Tampaknya memang benar, karena penggunaan kata ganti “kamu” untuk sebuah kesalahan yang telah dilakukan oleh pasangan kita cenderung menyaran pada arti memvonis lebih2 memosisikan pasangan kita sebagai tertuduh. Dalam perspektif pragmatik (linguistik) terminologi ini merupakan sebuah upaya penggunaan “kesopanan” dengan tetap mempertahankan “kerja sama.” Dengan tujuan agar tidak terjadi konflik pada keduanya.

Berangkat dari petunjuk Tuhan ini tidak layak bagi kita untuk sibuk mempersoalkan kekurangan ataupun kesalahan, apalagi kekurangan yang sulit dihilangkan, sepanjang ia tidak melakukan kekejian yang nyata. Betapa pun banyak yang tidak kita sukai darinya, kemesraan dengannya tak akan pudar jika kita mencoba untuk berbaik sangka kepada Tuhan, barangkali di balik itu Tuhan berikan kebaikan yang sangat besar. Sebaliknya, sesedikit apa pun keburukannya, bila kita sibuk menyebut-nyebut dan mengingatnya, akan sangat memberatkan jiwa. Dampak selanjutnya tidak hanya bagi hubungan suami istri, tetapi merembet pada hubungan kita dan si kecil.

Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah. Sesudahnya berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna.

Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut istri untuk sempurna?

Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah.

Ada ruang untuk saling berbagi.

Ada ruang untuk saling memperbaiki.

Dan bukan saling mengeluhkan, apalagi menyebut-nyebut kekurangan.

Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantas membiarkan kesalahan. Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hati menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan.

Tunjukkanlah bahwa kita memang sangat menghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti dan bersemangat mendampinginya. Disini memang tidak hanya membahas seputar keikhlasan menerima pasangan kita apa adanya. Namun tampaknya memandang masalah yang remeh temeh ini dalam beberapa hal telah menjadi batu karang yang cukup terjal yang kemudian melahirkan benih-benih konflik dan alih-alih perceraian.

Pada bagian akhir ini, menjelaskan bagaimana upaya belajar itu tidak sebatas menerima apa adanya, tetapi juga diikuti dengan belajar mendengar dengan sepenuh hati. Karena tidak jarang kita bukan tidak paham jawaban yang sesungguhnya diinginkan di balik pertanyaan pasangan. Cukup banyak hal sepele yang tampaknya kita anggap telah kita berikan tetapi ternyata hal itu jauh meleset dari dugaan. Kita bukan mendengar pasangan tetapi mendengar diri sendiri. Kta bukan memberi solusi tapi malah menambah materi. Kita bukan memberi jalan keluar malah menghakimi. Kita bukan memberikan jawaban, tetapi malah memberikan pertanyaan. Kita bukan meringankan tetapi malah memberatkan. Benarkan?

Kekayaan itu ada di jiwa. Dan keping kekayaan itu dimulai dari ketulusan menerima. Dengan kekayaan jiwa kita akan lebih mudah memberikan empati, lebih mudah untuk memahami, lebih mudah untuk berbagi dan lebih mudah mendengar dengan sepenuh hati.

Hari ini, ketika kita bermimpi tentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasangan begitu rapuh, sudahkah kita berterima kasih kepadanya? Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita? Jika belum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuah panggilan “sayang” untuknya.

 

Mulailah dari yang paling mudah, “kalimat/kata ” yang paling remeh atau kecil sekalipun.

Mulailah dari yang paling kecil, “Little things mean a lot.”

Agar cinta bersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.

Proses tata cara pernikahan yang Islami

Filed under: Pernikahan — sunyi @ 3:37 am

http://www.perpustakaanisl am.com
Proses tata cara pernikahan yang Islami

Oleh : Salmah Machfoedz

Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Subhanallah. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun  di masyarakat kita, hal ini tidak banyak diketahui orang.

Pada risalah yang singkat ini, kami akan mengungkap tata cara penikahan sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam yang hanya dengan cara inilah kita terhindar dari jalan yang sesat (bidah). Sehingga orang-orang yang mengamalkannya akan berjalan  di atas landasan yang jelas tentang ajaran agamanya karena meyakini kebenaran yang dilakukannya.

Dalam masalah pernikahan sesunggguhnya Islam telah mengatur sedemikian rupa. Dari mulai bagaimana mencari  calon pendamping hidup sampai mewujudkan sebuah pesta pernikahan. Walaupun sederhana tetapi penuh barakah dan tetap terlihat mempesona.
Islam juga menuntun bagaimana memperlakukan calon pendamping hidup setelah resmi menjadi sang penyejuk hati.
Berikut ini kami akan membahas tata cara pernikahan menurut Islam  secara singkat.

Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Sebelum Menikah

I. Minta Pertimbangan

Bagi seorang lelaki sebelum ia memutuskan untuk  mempersunting seorang wanita    untuk menjadi isterinya, hendaklah ia juga minta pertimbangan dari kerabat dekat wanita tersebut yang baik agamanya. Mereka hendaknya orang yang tahu benar tentang hal ihwal wanita yang akan dilamar oleh lelaki tersebut, agar ia dapat memberikan pertimbangan dengan jujur dan adil. Begitu pula bagi wanita yang akan dilamar oleh seorang lelaki, sebaiknya ia minta pertimbangan dari kerabat dekatnya
yang baik agamanya.

II. Shalat Istikharah

Setelah mendapatkan pertimbangan tentang bagaimana calon isterinya, hendaknya ia melakukan shalat istikharah sampai hatinya diberi kemantapan oleh Allah Taala dalam mengambil keputusan.

Shalat istikharah adalah shalat untuk meminta kepada Allah Taala agar diberi petunjuk dalam memilih mana yang terbaik untuknya. Shalat  istikharah ini tidak hanya dilakukan untuk keperluan mencari jodoh saja, akan tetapi dalam segala urusan jika seseorang  mengalami rasa bimbang untuk mengambil suatu keputusan tentang urusan
yang penting.
Hal ini untuk menjauhkan diri dari kemungkinan terjatuh kepada penderitaan hidup. Insya Allah ia akan mendapatkan kemudahan dalam menetapkan suatu pilihan.

III. Khithbah (peminangan)

Setelah seseorang mendapat kemantapan dalam menentukan wanita pilihannya, maka hendaklah segera meminangnya.
Laki-laki tersebut harus menghadap orang tua/wali dari wanita pilihannya itu untuk menyampaikan kehendak hatinya, yaitu meminta agar ia direstui untuk menikahi anaknya.

Adapun wanita yang boleh dipinang adalah bilamana memenuhi dua syarat sebagai berikut, yaitu:

1. Pada waktu dipinang tidak ada halangan-halangan  syari yang menyebabkan laki-laki dilarang memperisterinya saat itu. Seperti karena suatu hal sehingga wanita tersebut haram dinikahi selamanya (masih mahram) atau sementara (masa iddah/ditinggal suami atau ipar  dan lain-lain).
2. Belum dipinang orang lain secara sah, sebab Islam mengharamkan seseorang meminang pinangan saudaranya.

Dari Uqbah bin Amir radiyallahu anhu bahwa Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Orang mukmin adalah saudara orang mukmin yang lain. Maka tidak halal bagi seorang mukmin menjual barang yang sudah dibeli saudaranya, dan tidak halal pula meminang wanita yang  sudah dipinang saudaranya, sehingga saudaranya itu meninggalkannya. ” (HR. Jamaah)

Apabila seorang wanita memiliki dua syarat di atas maka haram bagi seorang laki-laki untuk meminangnya.

IV. Melihat Wanita yang Dipinang

Islam adalah agama yang hanif yang mensyariatkan  pelamar untuk melihat wanita yan  dilamar dan mensyariatkan wanita yang dilamar untuk melihat laki-laki yang meminangnya, agar masing- masing pihak benar-benar mendapatkan kejelasan tatkala menjatuhkan pilihan pasangan hidupnya.

Dari Jabir radliyallahu anhu, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
“Apabila salah seorang di antara kalian meminang  seorang wanita, maka apabila ia mampu hendaknya ia melihat kepada apa yang mendorongnya untuk menikahinya. ”

Jabir berkata: “Maka aku meminang seorang budak wanita dan aku bersembunyi untu  bisa melihat apa yang mendorong aku untuk menikahinya. Lalu aku menikahinya. ” (HR. Abu Daud dan dihasankan  oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Sunan Abu Dawud,
1832).

Adapun ketentuan hukum yang diletakkan Islam dalam masalah melihat pinangan
ini di antaranya adalah:

1. Dilarang berkhalwat dengan laki-laki peminang tanpa  disertai mahram.
2. Wanita yang dipinang tidak boleh berjabat tangan  dengan laki- laki yang meminangnya.

V. Aqad Nikah

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi:

a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b. Adanya ijab qabul.

Ijab artinya mengemukakan atau menyatakan suatu perkataan.

Qabul artinya menerima.

Jadi Ijab qabul itu artinya seseorang menyatakan sesuatu kepada lawan bicaranya, kemudian lawan bicaranya menyatakan menerima. Dalam perkawinan yang dimaksud dengan “ijab qabul” adalah  seorang wali atau wakil dari mempelai perempuan mengemukakan kepada calon suami anak perempuannya/ perempuan yang di bawah  perwaliannya, untuk menikahkannya dengan lelaki yang mengambil perempuan tersebut sebagai isterinya. Lalu lelaki bersangkutan menyatakan menerima pernikahannya itu.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa:
Sahl bin Said berkata: “Seorang perempuan datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menyerahkan dirinya, dia berkata:
“Saya serahkan diriku kepadamu.” Lalu ia berdiri lama  sekali (untuk menanti). Kemudian seorang laki-laki berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah kawinkanlah saya dengannya jika engkau tidak berhajat padanya.” Lalu Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda: “Aku  kawinkan engkau kepadanya dengan mahar yang ada padamu.” (HR. Bukhari  dan Muslim).

Hadist Sahl di atas menerangkan bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah mengijabkan seorang perempuan kepada Sahl dengan mahar atau maskawinnya ayat Al-Quran dan Sahl menerimanya.

c. Adanya Mahar (mas kawin)

Islam memuliakan wanita dengan mewajibkan laki-laki yang hendak menikahinya menyerahkan mahar (mas kawin). Islam tidak menetapkan batasan nilai tertentu dalam mas kawin ini, tetapi atas kesepakatan kedua belah pihak dan menurut kadar kemampuan. Islam juga lebih menyukai mas kawin yang mudah dan sederhana serta tidak berlebih-lebihan dalam memintanya.

Dari Uqbah bin Amir, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
“Sebaik-baik mahar adalah yang paling ringan.” (HR. Al-Hakim dan Ibnu Majah, shahih, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir 3279 oleh Al-Albani)

d. Adanya Wali

Dari Abu Musa radliyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah sah suatu pernikahan tanpa wali.”
(HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 1836).

Wali yang mendapat prioritas pertama di antara sekalian wali-wali yang ada adalah aya  dari pengantin wanita. Kalau tidak ada barulah kakeknya (ayahnya ayah), kemudian saudara  lelaki seayah seibu atau seayah, kemudian anak saudara lelaki. Sesudah itu barulah  kerabat-kerabat terdekat yang lainnya atau hakim.
e. Adanya Saksi-Saksi

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak sah suatu pernikahan tanpa seorang wali dan dua  orang saksi yang adil.” (HR. Al-Baihaqi dari Imran dan dari Aisyah, shahih, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir oleh Syaikh Al-Albani no. 7557).

Menurut sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam, sebelum aqad nikah diadakan khuthbah lebih dahulu yang dinamakan khuthbatun nikah atau khuthbatul-hajat.

VI. Walimah

Walimatul Urus hukumnya wajib. Dasarnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaih wa sallam kepada Abdurrahman bin Auf:

“….Adakanlah walimah sekalipun hanya dengan seekor  kambing.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Alabni dalam Shahih Sunan Abu Dawud  no. 1854)

Memenuhi undangan walimah hukumnya juga wajib.”Jika kalian diundang walimah, sambutlah undangan itu (baik undangan perkawinan atau yang lainnya). Barangsiapa yang tidak menyambut undangan  itu berarti ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari 9/198, Muslim 4/152, dan Ahmad no. 6337 dan Al-Baihaqi 7/262 dari Ibnu Umar).

Akan tetapi tidak wajib menghadiri undangan yang didalamnya terdapat  maksiat kepada Allah Taala dan Rasul-Nya, kecuali dengan maksud akan merubah atau menggagalkannya. Jika telah terlanjur hadir, tetapi tidak mampu untuk merubah atau menggagalkannya maka wajib meninggalkan tempat itu.

Dari Ali berkata: “Saya membuat makanan maka aku mengundang Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dan beliaupun datang. Beliau masuk dan melihat tirai yang bergambar maka beliau keluar dan bersabda:

“Sesungguhnya malaikat tidak masuk suatu rumah yang di dalamnya ada gambar.” (HR  An-Nasai dan Ibnu Majah, shahih, lihat Al-Jamius Shahih mimma Laisa fis Shahihain 4/318 oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadii).

Adapun Sunnah yang harus diperhatikan ketika mengadakan walimah adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan selama 3 (tiga) hari setelah hari dukhul (masuk- nya) seperti yang dibawakan oleh Anas radliallahu `anhu, katanya:

Dari Anas radliallahu `anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu` alaihi wa sallam telah menikahi Shafiyah dengan maskawin pembebasannya (sebagai tawanan perang Khaibar) dan mengadakan walimah selama tiga hari.” (HR. Abu Yala, sanad hasan, seperti yang terdapat pada Al-Fath 9/199 dan terdapat di dalam Shahih Bukhari 7/387 dengan makna seperti itu. Lihat Adabuz Zifaf fis Sunnah Al-Muthaharah oleh Al-Albani hal. 65)

2. Hendaklah mengundang orang-orang shalih, baik miskin atau kaya  sesuai dengan wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wa  sallam:
“Jangan bersahabat kecuali dengan seorang mukmin dan jangan makan makananmu kecuali seorang yang bertaqwa.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Abi Said Al-Khudri, hasan, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir 7341 dan Misykah Al-Mashabih 5018).

3. Sedapat mungkin memotong seekor kambing atau lebih, sesuai dengan taraf ekonominya. Keterangan ini terdapat dalam hadits Al-Bukhari, An-Nasai, Al-Baihaqi dan lain-lain dari Anas radliallahu `anhu. Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  kepada Abdurrahman bin Auf:
“Adakanlah walimah meski hanya dengan seekor kambing.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ab Dawud no. 1854)

Akan tetapi dari beberapa hadits yang shahih menunjukkan dibolehkan pula mengadakan walimah tanpa daging. Dibolehkan pula memeriahkan perkawinan dengan nyanyi-nyanyian dan menabuh rebana (bukan musik) dengan syarat lagu yang dinyanyikan tidak bertentangan dengan ahklaq seperti yang diriwayatkan dalam hadits berikut ini:

Dari Aisyah bahwasanya ia mengarak seorang wanita menemui seorang pria Anshar. Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai Aisyah, mengapa kalian tidak menyuguhkan hiburan? Karena kaum Anshar senang pada hiburan.” (HR. Bukhari 9/184-185 dan Al-Hakim 2/184, dan Al-Baihaqi 7/288).

Tuntunan Islam bagi para tamu undangan yang datang ke pesta perkawinan hendaknya mendoakan kedua mempela dan keluarganya.

Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaih wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai, beliau mengucapkan doa: “Mudah-mudahan Allah memberimu berkah. Mudah-mudahahan Allah mencurahkan keberkahan kepadamu dan mudah – mudahan Dia mempersatukan kalian berdua dalam
kebajikan.” (HR. Said bin Manshur di dalam Sunannya 522, begitu pula Abu Dawud 1/332 dan At-Tirmidzi 2/171 dan yang lainnya, lihat Adabuz Zifaf hal. 89)

Adapun ucapan seperti “Semoga mempelai dapat murah rezeki dan banyak anak” sebagai ucapan selamat kepada kedua mempelai adalah ucapan yang  dilarang oleh Islam, karena hal itu adalah ucapan yang sering dikatakan oleh Kaum jahiliyyah.

Dari Hasan bahwa Aqil bin Abi Thalib menikah dengan seorang wanita dari Jisyam. Para  tamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyyah:
“Bir rafa wal banin.” Aqil bin Abi Thalib mencegahnya,
katanya:
“Jangan kalian mengatakan demikian karena Rasulullah melarangnya. ”

Para tamu bertanya: ” Lalu apa yang harus kami ucapkan ya Aba Zaid?”
Aqil menjelaskan, ucapkanlah: “Mudah- mudahan Allah memberi kalian berkah dan melimpahkan atas kalian keberkahan.”
Seperti itulah kami diperintahkan. (HR. Ibnu Abi Syaibah 7/52/2, An-Nasai 2/91, Ibnu Majah1/589 dan yang lainnya, lihat Adabuz Zifaf hal. 90)

Demikianlah tata cara pernikahan yang disyariatkan oleh Islam.

Semoga Allah Taala memberikan kelapangan bagi orang- orang yang ikhlas untuk
mengikuti petunjuk yang benar dalam memulai hidu berumah tangga
dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaih  wa sallam.
Mudah-mudahan mereka digolongkan ke dalam hamba-hamba  yang dimaksudkan  dalam firman-Nya: “Yaitu orang-orang yang berdoa: Ya Rabb kami, anugerahkan kepada kami isteri-isteri kami dan  keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). Dan jadikanlah kami imam bagi  orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Furqan: 74).

Maraji:
– Fiqhul Marah Al-Muslimah, Ibrahim Muhammad Al-Jamal.
– Adabuz Zifaf fis Sunnah Al-Muthahharah, Syaikh
Nashiruddin Al-Albani.

Mudahkan Anakmu Berdoa Kebaikan Untukmu Para Orang Tua

Filed under: Artikel — sunyi @ 3:00 am

Cerita ini aq dapat dari milist 

Mudahkan anakmu berdoa kebaikan untukmu para orang tua

Sekarang…mereka berdua menangis pelan… di hadapan Kepala Sekolah dan Guru TK Qurrota A’yun* …

Menyesali diri…tak sanggup berkata…kelu lidah mereka, seakan tersedak…tak sanggup mengeluarkan isi hati dan benak mereka…kecuali dengan tetes air mata yang perlahan…

Bertekad sebelum terlambat sepenuhnya…mereka memperbaiki diri, dan menyayangi buah hati mereka sepenuh hati…

Sehingga putri kesayangan mereka dapat dengan mudah berdoa

“Robbighfirlii Wa liwalidayya Warhamhumaa Kamaa  Robbayaanii Shogiirooo”**…

Tiga jam yang lalu:
============

“Maaf Ibu Shinta, ada telepon, katanya dari sekolah anak Ibu.”

“Ok, saya angkat dari sini, thanks ya Lia”

 “Halo Ibu Shinta, As Salamu ‘alaikum, maaf mengganggu Ibu. Saya Ibu Dian, dari TK Qurrota A’yun ingin membicarakan hal penting terkait anak Ibu – Rahmah, bisa berbicara sebentar?”

“Wa ‘alaikum salam, maaf Ibu guru, apakah penting sekali? Ada apa dengan anak saya? Bisa telepon nanti saja, 1 jam lagi? Saya ada meeting!”

“Maaf Bu Shinta, Saya menyampaikan permintaan dari Ibu Puji – Kepala Sekolah TK Qurrota A’yun, bahwa Beliau mengharapkan kedatangan Ibu dan Suami Ibu pada hari
ini jam 3 siang, membicarakan hal mendesak terkait anak Ibu – Rahmah.”

“Apakah harus hari ini? Saya dan suami saya sibuk sekali! Bisakah Ibu Dian mengerti bahwa kami tidak bisa dipanggil secara mendadak seperti ini?!”

“Kami mengerti sekali, tapi ini sangat mendesak Ibu Shinta, demi kepentingan buah hati Ibu, kami takut bila terlambat, nanti kita semua menyesal.”

“Apa maksudnya dengan menyesal? Apa anak saya melakukan kesalahan? Nakal? Silahkan Ibu hukum, kami sudah memberikan wewenang sepenuhnya kepada sekolah
untuk mengajar, mendidik dan merawat anak kami di sekolah, termasuk menghukumnya bila perlu!”

“Ibu Shinta, kalau masalahnya sekedar nakal biasa…kami
tak perlu repot-repot mengganggu Ibu, tetapi ini terkait dengan masalah perkembanga  kejiwaan anak Ibu, kami harap Ibu dan Suami Ibu dapat bekerja sama demi kebahagiaan buah hati Ibu, bagaimana?”

“Hm… baiklah, dua jam lagi kami kesana, saya harap benar-benar penting, karena terus terang saja kalian telah mengganggu kami!”

“Kami sekali lagi mohon maaf yang sedalam-dalamnya, kami mengerti kesibukan Ibu dan Suami Ibu, kami tunggu kehadirannya nanti. As Salamu ‘alaikum Bu.”

“Wa ‘alaikum salam.”

 

Hm…ada-ada saja, kenapa lagi dengan Rahmah? Mana aku harus izin keluar kantor…apalagi harus menghubungi Mas Bima, merepotkan saja!

 

Shinta segera menelepon sekretarisnya untuk mendelegasikan beberapa tugas, kemudian meminta izin ke atasannya. Setelah itu dia mengirim SMS ke Bima, suaminya, eksekutif muda sekaligus pemilik salah satu perusahaan swasta besar di Jakarta.

 

Tak lama setelah itu….nada dering Mobile Phone memaksa Shinta menghentikan aktivitasnya lagi…sambil mengambil napas dalam-dalam dan menghela, ia mengeluh ringan, lalu mengangkat Mobile Phone-nya.

“Halo Shinta, ngapain kamu kirim SMS seperti ini… maksa aku harus ikut kamu ke sekolahnya Rahmah? Kamu tahu tidak, aku sedang sibuk?!.. Aku tidak mau melanjutkan `pembicaraan` kita tadi malam, aku tidak mau cari gara-gara lagi sama kamu… kamu aturlah sana, kamu kan ibunya anak-anak!”

“Hai Mas Bima, aku tuh juga sama seperti kamu, memangnya aku pengangguran apa, tapi…kita harus segera kesana, katanya Rahmah ada masalah, dan bukan nakal biasa…katanya ada masalah kejiwaan…entahlah kenapa mereka pakai kosakata seperti itu…ingin menteror orang saja… tapi kalau mereka macam-macam, bakal aku omelin mereka…, kamu pokoknya harus kesana, kamu kan bapaknya anak-anak, kamu sendiri yang sering gembar-gembor sana-sini bahwa kamu tuh kepalanya keluarga, ya kan!?”

“Tunggu…kamu bilang masalah kejiwaan? Rahmah!? Kamu becanda kan!?”

“Ngapain aku bercanda…mereka kali yang bercanda… pokoknya dua jam lagi sampai di sekolah Rahmah!”

“Berarti kalo kita kesana, Rahmah masih di sekolah?”

“Tentu tidaklah, kan sudah ada antar jemput dari sekolah, Rahmah pasti sudah di rumah sama si Mbok!”

“Oke..oke.. ya udah, ketemu disana, dah!”

 

Huh…dasar lelaki egois, tidak ada basa-basi, mutusin telepon pun nggak sopan! Bisanya cuma bikin anak saja, tanggung jawab kagak mau, enak di dia, kagak enak di
gua! Maksa gua jadi ibu rumah tangga, padahal kan gua udah ada karir, masak dia aja yang bisa kelayapan keluar rumah! Jadi cewek harus dipingit terus! Bisa stress gua, ngapain gua kuliah tinggi-tinggi!

 

Huh…cewek reseh, bikin gua sulit konsentrasi, padahal kan gua kerja demi mereka! Udah jelas kalo gua maju, keluarga juga yang untung dan bahagia! Demi masa depan mereka! Apa sih artinya pekerjaanya dia, cuma sebagai kepala cabang aja udah belagu dan cuma punya titel sarjana ekonomi doang, mestinya dia tahu diri!

Cewek tuh ngurusin semua urusan rumah!

 

Shinta dari daerah Senen, Bima dari daerah Sudirman…mereka berdua melaju kencang dengan kendaraannya masing-masing, sambil bergelut dengan seribu kecamuk di benaknya…gelisah di hatinya…pergi ke arah daerah Pondok Gede, tempat putri kesayangan mereka – Rahmah, bersekolah di TK Qurrota A’yun.

 

 

Tiga puluh menit yang lalu:
=====================
“As Salamu ‘alaikum, permisi saya ingin bertemu dengan Ibu Dian dan Ibu Puji, saya Ibunya Rahmah”

“Oh, Wa’alaikum salam, silahkan Bu, saya sendiri Ibu Dian, mari kita masuk ke ruangan Ibu Puji! Oh ya, Bapak tidak datang barengan Ibu?!”

“Oh jadi Suami saya belum datang, mungkin ada urusan penting…mungkin kita mulai dulu saja, soalnya saya juga ada urusan penting!”

Mereka masuk ke ruang kerja Ibu Puji, setibanya di dalam, Ibu Puji langsung menyambut mereka.

“Terima kasih Ibu Shinta sudah menyempatkan diri datang…sebenarnya saya ingin mulai, namun karena sangat penting, kita tunggu dulu ya kedatangan Pak Bima?!”

“Ohh… ii..iya Bu…”, lirih terdengar suara Shinta, sambil berusaha memaksakan diri untuk tersenyum…walau kaku.

Semenit…dua menit…. Lima menit… Sepuluh menit…. Lima belas menit… uuh obrolan basi.. padahal ada urusan penting di kantor… brengsek nih Mas Bima, bikin susah aku saja…

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu,

 “Maaf terlambat…tadi ada tamu penting, jadi meeting dulu, terus di jalan macet”

 

Tiga puluh menit sudah shinta menunggu..Shinta dan Bima saling bertukar pandangan dan tersenyum sinis…suasana memanas sekaligus membekukan pembicaraan…sampai akhirnya terpecahkan oleh suara deheman dari Ibu Puji.

“Maaf merepotkan kalian semua…Ibu Shinta…Pak Bima… namun kami dari sekolah mengkhawatirkan perkembangan kepribadian buah hati Bapak dan Ibu…”

“Rahmah hari ini tidak bersikap sebagaimana biasanya… padahal biasanya riang…tidak pernah nakal, tidak pernah bertengkar, tidak pernah menangis, pokoknya kelakuannya sangat baik. Kebetulan yang tahu detail kejadiannya adalah Ibu Dian…Beliaulah yang selalu mengajar kelas dimana Rahma belajar dan bermain.”

“Saya harap Bapak dan Ibu bersabar..diam..dan tidak berbicara dahulu…sampai cerita Ibu Dian selesai, saya persilahkan Bapak dan Ibu berbicara dan mengutarakan pendapat kepada kami.”

“Kami mohon maaf atas kelancangan kami mengganggu Bapak dan Ibu sekalian, silahkan Ibu Dian!”

 

Lima jam yang lalu:
===============
Ibu Dian dengan senyum yang ramah bertanya kepada anak asuhnya – murid TK Qurrota A’yun,

“Hayo anak-anak, apakah semua sudah hafal doa dan arti dari doa kepada kedua orang tua?!”

“Iyaa Bu Guruuuuu!”

“Bagus, ayo kita bareng-bareng, baca doa dan artinya bersamaan. Siap?! Hitungan ketiga dimulai, satu…dua…Tiga!!”

“Robbighfirliii…Wa liwalidayya…Warhamhumaa…Kamaa…Robbayaaniii…Shogiirooo…”

“Artinyaaa:…Ya Tuhanku…Ampunilah Aku…Dan juga kedua orang tuaku…Dan kasihilah mereka berdua…Sebagaimana….Mereka merawatku….Sewaktu keciiiillll”

 

Tiba-tiba ada suara bocah yang memecah riuh gembira lantunan doa…

“Ibu Guru… Rahmah curang… Rahmah tidak pernah membaca kata-kata yang terakhir…”

“Alex, kamu yang tertib ya…jangan bicara dulu… kita baca doa dulu…baru nanti Alex bicara ke Ibu…”

“Tapi Ibu Guru,” sela Alex, “Alex tidak bohong kok, Alex kan anak baik…Rahmah tidak tertib…tidak baca doa seperti kita?”

Hm…iya juga sih mendadak Rahmah agak diam…agak murung, padahal biasanya sangat bersemangat, paling cepat hafal doa, dan suka memimpin membaca doa, dan Alex sangat dekat dengan Rahmah…

“Rahmah, coba Rahmah baca doa sendiri…Ibu mau baca doa, mengikuti tuntunan Rahmah, Rahmah bisa kan?!”

Menunduk seakan takut bertatap mata, Rahmah menjawab lirih

“Bisa Ibu Guru…”

“Robbighfirli… Wa liwalidayya…Warhamhuma….Warhamhumaa….” mendadak terhenti, seperti tersedak oleh sesuatu…

“Tuh kan, Alex nggak bohong, Rahmah nggak berdoa seperti yang Ibu Guru ajarin!”

“Uuh… diam kamu, Alex jelek,” Bentak Rahmah,

“… Rahmah kan… Rahmah kan…”, mendadak Rahmah menangis…

Wah gawat ini!! Ini diluar skenario mengajar, terpaksa aku harus mengalihkan perhatian mereka…dan mendamaikan mereka…

“Lho kok Rahmah menangis, jangan menangis ya sayang, Rahmah akan anak yang pintar, anak yang manis..udah besar…sayang dong menangis…”

“Ayo Alex, sayang-sayang ke Rahmah, Alex kan teman Rahmah, kasihan tuh Rahmah nangis, dihibur ya…”

“Rahmah, Alex minta maaf ya.. bikin Rahmah nangis… maafin ya…ntar mainan lagi kan…ntar Alex boleh makan bareng ama Rahmah kan?!”

“Iya…Rahmah juga minta maaf ama Alex… habis Rahmah barusan …ngomong tidak baik sama Alex…padahal kan Rahmah cuma…cuma nangis karena Mama dan Papa”

 

Aduh senangnya dua anak kecil itu bersalaman dan berpelukan…teduhnya dunia kalo semua orang bersikap polos seperti mereka.. tapi kenapa Rahmah jadi berubah dan bilang nangis karena Mama dan Papa?

Pada saat pulang sekolah, Ibu Dian minta izin ke Ibu Puji untuk menunda pekerjaan administratifnya di TK, karena ingin menghibur Rahmah sekaligus mengantarkannya ke rumah di daerah Cibubur, ikutan nebeng antar jemput sekolah…kebetulan Rahmah diantar paling belakangan, jadi bisa berbicara dan tanya banyak hal kepada Rahmah.

“Rahmah, tadi kenapa nangis waktu baca doa untuk kedua orang tua? Rahmah nangis karena lupa?”

Mendadak, dari sikapnya yang riang dan aktif bergerak dalam mobil jemputan …berubah… Rahmah terdiam…kemudian menggelengkan kepala perlahan sambil meneteskan air mata.

“Lho, kok nangis lagi… kan Rahmah anak manis, masak nangis terus? Kan Rahmah udah gede, ayo bicara ama Ibu Dian, ya sayang?!”

Setelah isak-tangisnya mereda, dengan tersendat, Rahmah menjawab:

“Rahmah…Rahmah…. nangis ….karena sedih …ingat ….Papa Mama…”

“Rahmah ….nggak mau …ntar kalo Papa dan Mama udah tua…Papa Mama kesepian ….karena …..sering Rahmah tinggal kerja…”

“Rahmah ….nggak mau ….ntar kalo …Papa Mama …dengar Rahmah…. bicara tidak baik ….seperti tadi ….seperti Rahmah…. bicara ke Alex…kan sedih…”

“Rahmah nggak…. mau ntar ….kalo Papa Mama… dengar Rahmah… ngomong `cerai`…habis ….Papa Mama ….suka bicara `cerai` … terus habis itu …Papa keluar rumah …dan Mama nangis… Bu Guru…`cerai` itu apa sih? `cerai` itu …kayak mati ya? Habis dulu Papa Mama… nangis waktu dengar katanya Kakek dan Nenek Mati…”

“Rahmah nggak mau ….ntar kalo Papa Mama tidur …tidak ada yang ngelonin…tidak ada yang ngedongeng… tidurnya kayak Rahmah….,sering tidur di depan TV ….karena dongengnya cuma ada di TV Kabel…di Playhouse…di Disneyland…di Nickelodeon…”

“Rahmah nggak mau… ntar Papa Mama …tidak diajak jalan-jalan ama Rahmah,… Kaya  Papa Mama ….suka nggak bisa…lupa ajak Rahmah ….jalan-jalan…padahal …cuma
minta …di hari sabtu …atau di minggu aja kok…”

“Rahmah nggak mau …ntar Papa Mama ditinggal ama Mbok aja..sepi…Rahmah tuh kangen ama Papa Mama…Rahmah nggak mau ntar …Papa Mama kalo udah tua …kangen karena Rahmah tinggalin Papa Mama ama Mbok…di Rumah sendirian…”

“Rahmah nggak mau… Papa Mama…hampir nggak pernah ngelihat Rahmah nanti..soalnya sekarang.. Rahmah hampir nggak pernah ngelihat Papa Mama…pagi Papa Mama udah berangkat… Rahmah mau bobo… Papa Mama belum pulang….”

“Makanya Rahmah sedih…baca doanya bisa diganti tidak?! Kok Ibu Guru diam…kan Rahmah lagi bicara ama Ibu Guru…katanya kalo ditanya orang kita harus menjawab…”

Kini giliranku yang membisu…sambil berjuang membendung genangan air mata di pelupuk mataku…..tak tahu harus berkata apa…

Hanya bisa menjawab lirih diiringi tampias senyum semu, “Iya Rahmah sayang, Ibu Guru dengar kok Rahmah bicara…”

Jakarta, 1 Juli 11:31…menjelang beberapa minggu
sebelum Hari Anak Nasional

Putramu

Filed under: Blogroll — sunyi @ 2:17 am

Putramu

Putramu bukanlah putramu.

Mereka adalah putra-putri kehidupan yang mendambakan
hidup mereka sendiri.

Mereka datang dari kamu tetapi bukan dari kamu.

Dan sungguhpun bersamamu mereka bukan milikmu.

Engkau dapat memberi mereka kasih sayangmu tetapi
tidak pendirianmu sebab mereka memiliki pendirian
sendiri.

Engkau dapat memberkan tempat pijak bagi raganya tapi
tidak bagi jiwanya, lantaran jiwa mereka ada di masa
datang, yang tidak bisa engkau capai sekalipun dalam
mimpi.

Engkau berusaha mengikuti alam mereka, tetapi jangan
berharap mereka dapat mengikuti alammu, sebab hidup
tidak surut ke belakang, tidak pula tertambat di masa
lalu.

(Kahlil Gibran)

June 29, 2007

Did I marry the right person?

Filed under: Artikel — sunyi @ 7:56 am

Dari milis tetangga……

Sebuah Terjemahan Bebas dari “Did I marry the right person?”

Cerita di bawah ini sangat bagus, buat yang masih single maupun yang udah
nikah. Buat mereka yang masih single bisa mengambil pelajaran dari cerita
ini, dan buat yang udah nikah cerita ini bisa jadi guideline untuk
meningkatkan ikatan pernikahan yang udah dijalani.

“Apakah saya menikah dengan orang yang tepat”

Dalam sebuah seminar rumah tangga, seseorang audience tiba-tiba melontarkan
pertanyaan yang sangat lumrah, “bagaimana saya tahu kalo saya menikah
dengan orang yang tepat?”
Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar duduk di sebelahnya jadi
saya menjawab “Ya.. tergantung. Apakah pria disebelah anda itu suami anda?”

Dengan sangat serius dia balik bertanya “Bagaimana anda tahu?!”
“Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini.”

Inilah jawabanya…
SETIAP ikatan memiliki siklus.
Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan
pasangan anda.
Telpon dariya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya,
dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat begitu
menyenangkan.

Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit.
Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu
spontan.
Ngga perlu berbuat apapun
Makanya dikatakan “jatuh” cinta…

Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan “aku mabuk cinta”
Bayangkan eksprisi tersebut! Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa
melakukan apapun lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada
anda.
Jatuh cinta itu mudah.
Sesuatu yang pasif dan spontan.
Tapi…
setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar..
perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan.
Perlahan tapi pasti.. telpon darinya menjadi hal yang merepotkan,
belaiannya ngga selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat
bukannya jadi hal yang manis tapi malah nambahin penat yang ada..

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu,
namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda, anda akan mendapati
perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat anda jatuh
cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan
selanjutnya.

Dan pada situasi inilah pertanyaan “Did I marry the right person?” mulai
muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya.. Nah
Lho!

Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta
yang pernah terjadi.. anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia
cinta itu dengan orang lain.
Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas…
Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan
mencari pelampiasan diluar.
Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini, menginkari
kesetiaan merupakan hal yang paling jelas. Sebagian orang memilih untuk
menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya, pertemanannya, nonton TV
sampe TVnya bosen ditonton, ataupun hal-hal yang menyolok lainnya..

Tapi tau ngga?!
Bahwa jawaban atas dilema ini ngga ada diluar, justru jawaban ini hanya ada
di dalam pernikahan itu sendiri.
Selingkuh?? Ya mungkin itu jawabannya
Saya ngga mengatakan kalo anda ngga boleh ataupun ngga bisa selingkuh, Anda
bisa!
Bisa saja ataupun boleh saja anda selingkuh dan pada saat itu anda akan
merasa lebih baik, tapi itu bersifat temporer, dan setelah beberapa tahun
anda akan mengalami kondisi yang sama (seperti sebelumnya pada perkawinan
anda).

Karena.. (pahamilah dengan seksama hal ini)
KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN
KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG ANDA TEMUKAN, DAN
TERUS MENERUS..!
Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan
Cinta NGGA AKAN PERNAH begitu saja terjadi…
Kita ngga akan bisa MENEMUKAN cinta yang selamanya
Kita harus MENGUSAHAKANNYA dari hari ke hari.

Benar juga ungkapan “diperbudak cinta”
Karena cinta itu BUTUH waktu, usaha, dan energi. Dan yang paling penting,
cinta itu butuh sikap BIJAK
Kita harus tahu benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga berjalan
dengan baik
Jangan membuat kesalahan untuk hal yang satu ini.
Cinta bukanlah MISTERI

Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa
pasangan anda) agar rumah tangga berjalan lancar.
Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu físika (seperti gaya Grafitasi),
dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada hukumnya.
Sama halnya dengan diet yang tepat dan olahraga yang benar dapat membuat
tubuh kita lebih kuat, beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga juga
DAPAT membuat rumah tangga itu lebih kuat. Ini merupakan reaksi sebab
akibat.
Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum tersebut, tentulah kita bisa
“MEMBUAT” cinta bukan “JATUH”.
Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya merupakan sebuah DECISION, dan
bukan cuma PERASAAN..!

Calon Isteri Seorang Lelaki

Filed under: Artikel — sunyi @ 7:49 am

Seorang teman pernah mengatakan, kriteria calon isterinya: shalihah,
cerdas, kaya dan cantik. Sebuah hadist juga mengemukakan, seorang
perempuan dipinang karena kecantikannya, hartanya dan keturunannya.
Tapi pinanglah perempuan karena keshalihannya. Itu yang utama. Saya
sepakat dengan hadist tersebut. Perempuan yang shalihah, insya Allah
cerdas. Ketika seorang perempuan cerdas, harta bisa dicari. Bila
harta sudah di tangan, kecantikan bisa dibeli. Pilih satu, dapat
tiga.

Namun, bila kita tinjau ulang, pemikiran akan kriteria calon isteri
tersebut cenderung egois. Tidak memandang dari banyak sisi. Hanya
memandang pernikahan dari segi manfaat untuk diri sendiri. Tidak
untuk keluarga, sahabat dan lingkungan sekitar. Padahal menikah
adalah penyatuan dua organisasi besar; keluarga, membentuk
organisasi baru. Banyak pihak yang bisa terpengaruh dan mempengaruhi
pra dan pasca pernikahan.

Jika kita berkaca, mengevaluasi. Melihat, mencari kelebihan dan
kekurangan diri. Niscaya kita akan menemukan berbagai fakta; kita
juga punya banyak kekurangan. Lalu, pantaskan bersibuk ria dengan
segala macam kriteria? Sedang diri sendiri mungkin tak bisa memenuhi
segala kriteria impian oleh calon pasangan. Seseorang berharap
mendapat perempuan shalihah, namun apakah dia cukup shalih untuk
berdampingan dengan perempuan shalihah. Ia ingin perempuan cerdas,
tapi apakah ia cukup cerdas untuk mengimbangi kecerdasannya? Ia
ingin perempuan berharta, tapi seberapa banyak harta yang dapat dia
berikan, untuk `membeli’ sang calon dari ayah-bundanya. Dan ketika
ia ingin perempuan cantik, apakah ia sendiri cukup gagah, tidak
jomplang, saat bersisian dengannya? Tidakkah keinginan si lelaki
terlalu berlebih?

Dari kisah cinta para Nabi, sahabat dan para syuhada, ada sejumlah
fakta: tangan Allah selalu bermain. Kisah cinta Muhammad-Khadijah,
Yusuf-Zulaikha hanyalah sebagian kecil contoh. Keikhlasan
menggenapkan separuh agama pasti akan mendapat anugerah luar biasa;
seorang isteri penghuni taman surga. Segala hambatan pernikahan
hanyut karena ibadah yang khusu, penghambaan yang sangat padaNya.
Manusia hanya berusaha, hasilnya terserah pada Yang Kuasa.

Hendaknya seorang lelaki berusaha melihat dari banyak sisi, ketika
datang seorang calon isteri padanya. Segala identitas standar bukan
pertimbangan utama. Serahkan saja padaNya. Meminta petunjuk lewat
shalat istikharah. Apakah perempuan itu orang yang tepat? Apakah si
calon pasangan dunia akhirat? Hanya Allah yang tahu, kan?

Lelaki manapun bisa saja berharap: Semoga calon isteri yang datang
padaku adalah perempuan shalihah. Bila belum shalihah, haruslah dia
mengajak, meningkatkan pemahaman agama, terus memperbaiki diri.
Menghiasi rumah tangga dengan amalan wajib dan sunnah. Menggapai
sakinah. Semoga perempuan yang datang padaku cerdas. Jika belum
cerdas, mestilah dia yang mengajar dan belajar dari pasangannya.
Mencari ilmu baru, terutama ilmu rumah tangga. Tentang harta, boleh
saja meminta: datangkanlah padaku calon isteri yang berharta. Tetapi
ingatlah, harta adalah cobaan, tak banyak orang yang bisa tetap
rendah hati, menunduk-nunduk ketika punya harta. Lagipula harta
gampang dicari. Soal kecantikan, wajar lelaki normal ingin
mendapatkan isteri cantik. Tetapi bukan hanya cantik lahir, batinnya
juga harus cantik. Yang menjadi pertanyaan, standar apakah yang akan
digunakan untuk menilai seorang perempuan cantik. Standar dunia atau
standar surga? Standar dunia menekankan kecantikan maya.
Mengandalkan costmetik. Kecantikan abadi, keindahan hingga akhir
hayat dan di akhirat kelak, itulah yang seharusnya dicari. Terserah
cantik atau tidak kata dunia, yang penting isteri bisa selalu
menarik di mata, di hati. Menjadi telaga sejuk, pohon teduh di terik
siang. Standar cantik ini sifatnya personal. Orang lain memandang
biasa, tapi luar biasa menurut sang suami.

Perempuan manapun yang datang pada seorang lelaki, sudah sepatutnya
ia melepas kacamata kekinian. Menggunakan kacamata masa depan dan
kacamata banyak orang untuk menilai. Mungkin banyak keindahan calon
pasangan yang sengaja disimpan olehNya. Allah ingin mengujinya,
apakah dia cukup shaleh, cukup ikhlas, cukup bersabar untuk
mendapatkan pasangan sejati.

Pasti ada keraguan saat menimbang. Maka dari itulah perlunya
mengetuk nurani sahabat, saudara, kakak, orang tua, mereka yang
lebih berpengalaman. Calon suami dapat bertanya, apakah perempuan
begini akan begini-begini? Ia bisa minta tepukan tangan di pundak,
pelukan, dan untaian mutiara. Agar sang lelaki yakin, mantap. Semoga
setelah itu, dia betul-betul siap, menggenapkan separuh agama,
mengapai sakinah. Memberatkan bumi dengan generasi yang menjunjung
tinggi kalimat La Illa Ha Illallah. (eramuslim.com)

Older Posts »

Create a free website or blog at WordPress.com.